Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Puisi | Saat Gembira dan Sedih Berpadu

Diperbarui: 6 November 2018   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pixabay.com

Kehidupan mengalir, bagai anak sungai. Menderas, ikuti alirannya. Jika saat tiba, berakhir pada suatu tempat bernama Muara.

Muara membawa aliran ke lautan luas, tak berbatas.

Selesailah kehidupan.

Kemudian kehidupan, menemui hidup baru, di alam lain. Kehidupan yang lebih abadi.

Di dalam perjalanan, kehidupan bertemu dengan kisah-kisah dan cerita. Kadang menemui aliran berbatu, berkelok-kelok, aliran tenang.

Saat lewati aliran bebatuan, akan berisik, ramai. Meski begitu, aliran sungai akan tetap berjalan. Tak peduli dengan keriuhan, ramai atau berisik. Kehidupan akan tetap berjalan.

Begitupun saat aliran berkelok. Aliran sungai tetap berjalan, dan berjalan, meski harus berliku dan berkelok jalannya. Ia tak kan letih berjalan.

Saat aliran tenang, menghanyutkan diri. Aliran akan tetap berjalan, meski tenang airnya. Hei, zona nyaman ketenangan bahkan kadang-kadang melenakan. Bila tak hati-hati, akan membuat salah.

Begitulah hidup.

Hidup menemui bermacam masalah. Bila tak begitu, artinya hidup telah berakhir. Tak berdenyut. Tak memiliki tanda-tanda.

Suka duka dalam hidup sudah biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline