Lihat ke Halaman Asli

Silvi Novitasari

Penulis Lepas

Waspada Gangguan Mental, Bagaimana Seharusnya Kita Memaknai Insecuritas?

Diperbarui: 17 September 2020   03:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi insecure/ sumber: thegloss.ie

Setiap orang tentunya tidak pernah bisa terbebas dari yang namanya kecemasan dan juga rasa tidak percaya diri. Akhir-akhir ini, sering kita temui beberapa pembahasan yang menyangkut masalah insecuritas. 

Misalnya saja, orang yang merasa tidak percaya diri harus bersosialisasi di lingkungannya karena tampilan fisik yang tidak baik di mata orang lain.

Atau, orang yang merasa tidak mau bersosialisasi karena dirinya merasa tidak cocok dan tidak sepadan dengan lingkungan di sekitarnya.

Banyak sekali ditemukan orang yang merasa insecure karena kekurangan dirinya. Bahkan, perasaan itu semakin kuat setelah banyak sekali standar sosial yang ditetapkan oleh masyarakat. 

Ingin sekali saya bertanya pada setiap orang yang merasa insecure atas dirinya. "Apakah dia merasa insecure memang karena dirinya sendiri, ataukah karena terpicu akan standar sosial yang dibuat secara bebas oleh orang lain di lingkungannya?"

Mengapa Harus Merasa Insecure?

Menurut pendapat beberapa orang, rupanya rasa insecure ini tidak terlepas dari berbagai alasan yang menyertainya. Ada beberapa alasan umum yang menyebabkan orang, khususnya anak muda merasa insecure. Apa sajakah itu?

  • Seseorang merasa insecure karena ada rasa takut gagal atau khawatir dirinya akan menerima penolakan dari orang lain.
  • Insecuritas juga muncul ketika seseorang terlalu perfeksionis dan menganggap dirinya harus selalu luar biasa di hadapan orang lain.
  • Karena adanya kecemasan sosial yang muncul akibat standar yang ditetapkan oleh lingkungan, sehingga memaksa dirinya untuk mengikuti standar tersebut. Jika tidak bisa, maka kecemasan dan rasa tidak percaya diri akan muncul.
  • Masalah insecuritas pun sering muncul pada korban bullying yang akhirnya memicu gangguan mental korban.
  • Alasan terakhir adalah seringkali membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga standarnya malah terpaku pada kelebihan-kelebihan yang oranglain miliki.

Beberapa alasan tersebut, seringkali membuat seseorang merasa insecure. Jika dilihat dari sisi alasan tersebut, kebanyakan bermula karena lingkungannya. Bukan diri sendiri.

Ketika hal tersebut dilakukan terus menerus dan tidak berusaha untuk dihentikan, maka bisa memicu masalah gangguan mental.

Banyak orang yang sebenarnya punya gangguan mental tapi tidak memilih melakukan apapun. Baik karena memang malu, tidak ada yang mendukung, tidak ada biaya, dan faktor-faktor lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline