Lihat ke Halaman Asli

Moch Tivian Ifni

Penulis and pebisnis

Dialektika Politik Warkop Paimin dan Paidi Dalam Mahalnya Harga Beras

Diperbarui: 3 Maret 2024   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Editing By canva oleh Moch Tivian

Dialektika Politik Warkop Paimin Dan Paijo Menanggapi Mahalnya Harga Beras

Pagi yang cerah di sebuah warkop sederhana, tempat biasa kaum ELIT (Ekonomi Sulit) menikmati hidup dengan secangkir kopi plus sebatang rokok ditengah kurangnya kemakmuran diri, nampak Paimin sedang duduk.

Dia duduk membaca koran dengan hamparan kopi yang sudah tertuanh di lepek pagi ini, tatapan mata dan wajahnya serius membaca sebuah tulisan yang terpampang besar sebagai judul berita "Panen Mundur, Harga Beras Bertahan Tinggi".

Foto koran Jawa Pos oleh Moch 

"Gimana keluargaku bisa makan hari ini? Harga beras mahal sedangkan Penghasilanku gak tentu" gumam Paimin dengan sebuah helaan nafas yang keluar dari mulutnya.

Ekspresi biasa nan lumrah yang dilakukan oleh Paimin sebagai warga ELIT (Ekonomi Sulit) ketika kondisi terbentur dengan kebutuhan keluarga.

"Napa loh Min?" ucap Paidi yang tiba-tiba datang, berdiri dibelakang Paimin sembari menepuk pundaknya.

"Kamu Di" sahut Paimin seusai menengok ke belakang melihat Paidi berdiri. Di susul ucapannya yang kembali berkata "Ini loh harga beras tetap mahal".

Paidi yang berdiri, tak menyahutinya. Justru kini dia sedang duduk di sebelah Paimin sambil berteriak memesan kopi "Kopi Pahit satu".

"Sepahit hidupmu Di?" teriak Paijo penjaga warkop bertanya kepada Paidi sambil tertawa "hehehe".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline