Lihat ke Halaman Asli

Abdi Galih Firmansyah

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Harmoni Kehidupan

Diperbarui: 19 Desember 2021   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kulihat ibu-ibu petani desaku menebar benih kebaikan di pagi hari
Keesokan harinya mereka mulai menyemai bunga-bunga peradaban di sore hari
Bocah pengembala kambing melayangkan mimpinya tanpa arah di tengah sawah 


Suatu hari nanti aku ingin jadi sarjana.
Kalo aku jadi presiden.
Ku ingin punya rumah mewah bergaya spanyolan.

aku ingin jadi petani desa saja.

beragam mimpi-mimpi terdengar di telinga, walau nurani nampak apatis belaka. 

Sementara perhatianku tetap terpesona melihat ibu-ibu menyemai bunga
Sesekali kubantu menyiram tirta kehidupan di atas bunga-bunga.

mawar melati melambaikan indonesianya

bunga matahari selalu pancarkan kasih sinari pulau papua

kupu dan kumbang beterbangan ratakan kesenjangan ekonomi


Kemari nak, mari makan sini!.

panggil ibu itu yang memancar kasih di bibirnya
singkong rebus kita makan bareng-bareng jauh dari terik kesenjangan kota yang hingar bingar.


Ibu-ibu itu senyumnya tuluuus sekali...
Pagiku kuhabiskan bersama mereka,
bersilaturasa, bersuka cita...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline