Lihat ke Halaman Asli

"Resign"? Pikir-pikir Dulu Deh

Diperbarui: 4 Juli 2018   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lingkungan kantor sudah kurang mendukung. Selang waktu berlalu, perlahan-lahan satu persatu teman akrab menemukan tempat kerja yang baru, mengatur rencana bahkan sudah ada yang resign duluan dan akhirnya kita mulai merasa kehilangan zona nyaman. 

Entah kenapa datang ke kantor yang awalnya semangat semakin hari semakin terasa membosankan. Sikap atasan yang terkadang banyak mau disertai pekerjaan menumpuk, menjadi sebuah pembenaran untuk segera resign. Namun apakah resign adalah jawaban yang tepat? Bagaimana bila bekerja di tempat yang baru tak seperti yang diharapkan?

Ada baiknya apapun yang menjadi keputusan kedepannya, haruslah dipikirkan dalam kondisi yang tenang. Setiap keputusan memiliki konsekuensi bukan? Namun sebelum membuat keputusan untuk resign atau tidak apakah kita sudah melakukan analisa sebelumnya? Mungkin kita sejenak berpikir "apanya yang dianalisa ya?". Coba perhatikan sekitar. 

Apakah masih ada hal yang menarik untuk membuat kita tinggal lebih lama. Apakah ada peluang untuk mendapatkan posisi yang lebih baik dalam waktu dekat, peluang untuk menggantikan suatu posisi atau naik jabatan? Jangan sia - siakan apabila menemukan peluang ini. Persiapkan diri supaya layak untuk mengisi posisi tersebut. 

Peluang seorang karyawan untuk mengisi posisi yang kosong di sebuah organisasi tentunya akan lebih besar jika dibandingkan dengan harus merekrut dari luar. Namun jika kamu memutuskan resign tanpa melihat peluang tersebut, mungkin orang lainlah yang akan mengisinya.

Ketika memulai posisi baru yang lebih tinggi, tak jarang proses adaptasi berjalan kurang mulus, terkadang pusing sendiri dikarenakan banyaknya tuntutan deadline. Belum lagi ketika sudah memiliki anggota tim, tidak lagi sekedar mengurusi pekerjaan sendiri namun juga harus memantau, mengkoordinir bahkan meng-crosscheck pekerjaan tim agar sesuai dengan harapan manajemen yang tentunya tidak mudah. 

Namun jangan tergesa-gesa ketika mulai merasa tidak sanggup. Bukankah ini sebuah proses belajar? Kita perlu belajar memahami tim, dengan perbedaan karakter, yang awalnya kita hanya fokus menyelesaikan pekerjaan sendiri, sekarang harus menuntun orang lain untuk bisa memenuhi targetnya dan target bersama. Kita juga belajar untuk mengenali apa yang menjadi kekuatan tim. Bagaimana cara mengatasi kelemahan. 

Ketika tim bermasalah, tentu hal ini akan sangat menyita perhatian. Namun hal tersebut adalah bagian dari pembelajaran sebagai pemimpin, yang apabila berhasil melaluinya maka dengan sendirinya karakter kita juga berkembang lebih baik. Tentu suatu saat pengalaman memimpin akan akan menjadi nilai tambah saat mencari pekerjaan baru.

Tekanan pekerjaan sepertinya tak kunjung berakhir? Coba ambil waktu untuk rileks sejenak, mungkin saja bukan resign yang dibutuhkan, melainkan liburan! Mencoba membicarakan hal tersebut dengan atasan mungkin saja membantu bagaimana cara mengatasinya. Setiap orang perlu me-recharge dan menyegarkan pikiran. Sehingga setelahnya kita siap dengan ide-ide baru dan hari-hari yang produktif.

Membina hubungan yang baik adalah hal yang wajib dilakukan dimanapun kita berada. Ketika kita merasa kurang nyaman ketika ditinggal teman-teman akrab, tentunya kita masih bisa menciptakan kenyamanan yang baru. 

Hadirnya teman baru akan membawa suasana baru pula di kantor. Asalkan kita memiliki interpersonal skill yang baik akan membuat kita mudah bekerja sama dengan siapa saja. Baik kepada atasan, bawahan maupun manajemen. Jadi, tak perlu latah ikutan resign ketika teman-teman yang lain melakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline