Lihat ke Halaman Asli

Sejenak Mimpiku

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menyapa rembulan yang bermuram durja.Menegur bintang yang menari di tengah keramaian malam.Menunggu sinarnya menyendiri, menepi dan menuai janji.Meski udara yang kusentuh tak lagi bercumbu dg nafas-nafas puisi.Kuterka namun sulit ku berkata.Tentang cerita, cinta, dan derita.
Kenapa lirihnya alam tak ingin mengerti hati?Berani menghinaku di hadapan dunia yg mulai tampak konyol dan lugu.Di barisan lentera malam yang tak mengerti kelamnya jiwa.
Kuterjebak dalam sandiwara ini.Gelegar kapak pecahkan otak.Kukira tak ada jalur yg kabur,Di jembatan hati yg kini melebur,Ataukah semua telah melebur,Oleh kepastian yg tak sepantasnya kuatur..
Hantarkan aku kembal ke tahta nyata.Tiada mimpi tentang cinta suci.Biarkan aku kembali bercengkrama dengan cerita.Berdiam diri dalam damai,Mengabdikan diri dalam jalanan yg penuh sastra.
Biarkan Hujan memaksaku membasahiku.Biarkan zaman memaksaku menghapus puisi ini.Biarkan sebuah misteri memaksakuKamus belantara malam kan kutuliskan syair.Mudah-mudahan Tuhan tak lupa bahwa aku ada.Karena, Yang kutakutkan bukanlah kehilangan cinta, namun kehilangan waktu,Waktu untuk melihat cinta itu lestari dan bahagia dengan penyairnya.
Dengan mimpi aku bercinta.Dengan cinta aku bermimpi.

(Alfiyan Nooryan Putera Pikoli )






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline