Lihat ke Halaman Asli

Unu Nurahman

Guru SMAN 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Sebelas April Sumedang

Kajian Komprehensif Kepemimpinan Dalam Pengelolaan Sumber Daya

Diperbarui: 9 April 2024   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Sesuai kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makariem, Guru Penggerak adalah talenta pemimpin masa depan, seperti kepala sekolah, pengawas dan lainnya, oleh karena itu beliau merancang regulasi yang mendukung dan memastikan alumni penggerak benar benar mendapatkan prioritas dan kesempatan pertama di posisi kepemimpinan, Modul 3.2. Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) membahas secara eksplisit tentang kepemimpinan pembelajaran dalam dalam pengelolaan sumber daya (instructional leadership in resources management) dengan pendekatan komunitas berbasis asset (asset - based community development).

Sekolah sebagai sebuah ekosistem merupakan bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya seperti pengawas, kepala sekolah, guru, staf tenaga kependidikan, murid, orang tua dan masyarakat sekitar. Selain itu, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran diantaranya keuangan dan sarana/prasarana.

Seorang guru harus mampu melakukan pemetaan (mapping) sumber daya yang dimiliki oleh suatu sekolah untuk meningkatan kualitas pembelajaran yang berpihak kepada murid. Melalui pemetaan itu, guru dapat mengidentifikasi dan memanfaatkan segala sumber daya/kekuatan/potensi yang ada secara efektif dan efisien. Secara umum ada dua pendekatan dalam pengembangan sebuah komunitas, yaitu pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit-based thinking) dan pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset-based thinking) yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer.

 
Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah sebagai sebuah komunitas lebih menekankan pada Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaittu modal manusia, modal social, modal fisik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal politik serta modal agama dan budaya.

Dalam implementasi modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staff, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisasi segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikannya sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. 

Berkaitan dengan dengan nilai guru penggerak, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan nilai-nilai guru penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid dalam mengelola sumberdaya untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga tercipta murid yang memiliki profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.

Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan tentunya berpijak pada sumber daya sekolah serta berpihak kepada murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi bersama, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi), seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif (positive cultures) yang pada hakekatnya adalah pembiasaan karakter baik di sekolah.

Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.

Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan aspek sosial emosional siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian siswa akan dapat berkembang secara maksimal.

Dalam pengelolaan sumber daya dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin yang memegang aturan, dan tetap mempertimbangkan keperdulian dan hasil. Untuk itu perlu diperhatikan apa yang menjadi prinsip pemikiran, paradigma pengambilan dan keputusan itu diuji melalui 9 langkah sebagaimana dibahas modul sebelumnya. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan kondusif.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline