Lihat ke Halaman Asli

UMU NISARISTIANA

Content Writer

Satu Bulan Menjadi Dosen Muda

Diperbarui: 29 September 2022   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dosen, profesi cita-cita saya sejak menjadi mahasiswa magister. Perjalanan saya menyelesaikan studi magister memperjelas passion saya yaitu menjadi pendidik dan peneliti. 

Saya sangat menikmati proses mempertanyakan dan menemukan sebuah kebenaran. Serta saya sangat bersemangat saat diberi kesempatan untuk mengemukakan teori-teori receh saya.

Sudah hampir satu bulan saya menjadi dosen di sebuah lembaga pendidikan. Seperti biasa, pengalaman satu bulan ini akan saya dokumentasikan melalui tulisan. Paling tidak ada tiga garis besar setelah satu bulan menjadi dosen muda:

1. Merasa sungkan

Jadi, latar belakang pendidikan mahasiswa saya adalah pesantren. Agak mengejutkan bagi saya yang tidak memiliki basis pengalaman pesantren. Mengejutkan disini bukan dalam konotasi negatif, tetapi konotasi positif. Dimana mereka masih sangat menghormati gurunya tercermin dari tindakannya disetiap kesempatan bahkan diluar kawasan kampus. 

Pengalaman ini menjadi langka terlebih di era modernisasi saat ini. Seperti; saat kelas berakhir, seluruh mahasiswa tidak berani keluar kelas sebelum gurunya keluar kelas terlebih dahulu. 

Bahkan, saat menaiki trans jateng bersama, mahasiswa tidak berani mendahului gurunya. Ia mempersilahkan gurunya terlebih dahulu dan mengalah untuk menunggu kedatangan trans jateng selanjutnya (sebab penuh), berjalan munduk-munduk saat melewati gurunya dan ada beberapa mahasiswa yang tidak berani melakukan kontak mata dengan gurunya.

Perilaku dari mahasiswa ini, membuat saya sungkan untuk berlaku semena-mena. Berasamaan dengan itu, saya merasa harus maksimal dalam memberikan ilmu dan informasi-informasi penting seputar pengembangan karir yang terkadang tidak disampaikan oleh dosen-dosen pada umumnya.

2. Belajar menempatkan diri

Seperti yang sudah diutarakan pada poin pertama, gambaran mahasiswa saya memiliki karakteristik yang istimewa. Sehingga saya harus mampu menyesuaikan diri mulai dari pakaian sampai dengan kosa kata yang saya pilih untuk diucapkan. 

Saya belajar banyak terkait etika, tata krama dan sopan santun bukan hanya sekedar teori tetapi juga perlahan diaplikaskan. Setiap pertemuan kelas, akan ada hal baru yang saya pelajari. Awalnya terkesan melelahkan, tapi lambat laun saya sangat menikmati proses evaluasi diri, mencari dan mengaplikaskan solusi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline