Apapun profesi ibu, setiap ibu adalah guru. Setidaknya bagi anaknya. Kenapa? Karena Ibu adalah Al-ummu Madrasatun-Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Lalu bagaimana menjadi guru yang baik?
Guru yang baik itu tidak hanya mencetak anak menjadi pandai atau berilmu pengetahuan tetapi juga membuat anak menjadi bertakwa lagi berakhlak mulia.
Apakah tuntunan mendidik anak agar bertakwa dan berakhlak mulia? Tuntunannya tidak lain adalah nasihat Luqman kepada anaknya, yang tercantum dalam surat Luqman ayat 12-19.
Guru yang baik itu berusaha mendidik anaknys agar:
(1) Pandai bersyukur.
Allah ta'ala berfirman,
Dan sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu ,"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri." (QS Luqman:12)
Orang tua tidak hanya mendidik anak agar pandai mengucapkan "Hamdallah" Tetapi, juga mendidik anak agar mau bersyukur dalam berbagai keadaan, berbuat adil dan benar terhadap dirinya sendiri.
Kadang kala anak merasa kecewa terhadap keadaan dirinya sendiri. Kemudian dia bertanya kepada ibunya. Mengapa hidup kita miskin, ibu? Kenapa tasku tak sekeren punya temanku, ibu? Kenapa bajuku tidak sebagus punya anak tetangga, ibu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menggambarkan bahwa anak masih belum bisa melihat dengan jernih apa yang ada pada dirinya. Hal ini boleh jadi karena ibu suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lainnya. Atau ibu sering berkeluh kesah di depan anak. Padahal apa yang ada pada kita sudah merupakan pemberian Allah yang terbaik. Hanya kita sering lupa mensyukurinya. Oleh karena itu ibu haruslah selalu menunjukkan rasa syukurnya setiap mendapatkan karunia-Nya. Baik dengan lisan maupun ekspresi syukur di depan anakm Meskipun perkaranya sepele. Misalnya, ketika Allah ta'ala memberi kemampuan pada ibu untuk membeli buah kesukaan anak.
(2) Tidak menyekutukan-Nya. Alllah ta'ala berfirman,
"Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran Nya, "Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan (Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar." (QS Luqman:12)
Ibu hendaknya mendidik anak agar menjauhi syirik yaitu dengan tidak menyekutukan Allah. Karena, syirik merupakan kedzaliman yang paling besar. Katakan pada anak bahwa Allah selalu sendirian menjaga makhluk-Nya. Allah selalu sendirian menjaga alam semesta. Sehingga tidaklah patut bagi seseorang untuk berbuat syirik dengan menyembah selain Allah. Ketika anak hendak menempuh ujian, ibu janganlah mengajak anak pergi ke "orang pintar." Tetapi, ajaklah anak banyak berdoa memohon lulus ujian kepada-Nya sambil memotivasi anak agar serius belajar. Sehingga anak akan menggantungkan harapannya hanya kepada Nya semata sambil tetap berikhtiar.
(3) Berbuat baik kepada orang tua.
Allah ta'ala berfirman,
"Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya..." (QS Luqman:14-15)
Ibu hendaknya mendidik anak agar mau berbuat baik atau berbakti kepada orang tuanya. Anak yang berbakti identik dengan anak yang terbiasa mematuhi perintah orang tuanya selama perintah orang tuanya tidak menyuruhnya berbuat maksiat atau melanggar syariat-Nya. Ibu juga perlu memberikan pemahaman kepada anak bahwa ibunya telah mengandungnya sembilan bulan lebih dalam keadaan lemah, merasakan sakit yang hebat dan mempertaruhkan nyawa. Sedangkan ayah bekerja untuk menafkahi keluarganya. Sehingga seorang anak semestinya berbuat baik kepada ayah ibunya, yaitu dengan berkata lemah lembut dan tidak berlaku kasar. Sekalipun orangtuanya kafir. Sebab orang tua-lah yang merawatnya hingga dewasa. Berbakti kepada orang tua juga merupakan bentuk pengabdian kepada Allah azza wa jalla.
(4) Menegakkan salat.
Allah ta'ala berfirman, "Wahai anakku! Laksanakan salat.. (QS Luqman:17)
Ibu hendaknya memahami tata cara salat yang benar sebagaimana contoh dari Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Sehingga ibu bisa mengajarkan tata cara salat yang benar kepada anak. Ibu juga perlu menegakkan salat wajib tepat waktu. Sehingga anak berusaha menegakkan salat wajib tepat waktu. Misalnya, ketika bunda mencuci baju, adzan salat terdengar. Seketika itu juga ibu harus meninggalkan cucian dan bergegas ke tempat sholat. Baru setelah itu ibu melanjutkan pekerjaannya. Ketika anak bertanya:"Kenapa ibu lebih mengutamakan sholat wajib?" Maka jawablah karena ibu ingin disayang Allah.