Lihat ke Halaman Asli

Alasan Jarang Dijumpai Jemuran di Kelurahan Serangan

Diperbarui: 5 Juli 2022   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Culture Shock Mahasiswa KKN Kolaborasi Persfektif Kearifan Lokal Masyarakat Serangan

Bali terkenal sebagai kota seribu pura, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Kelurahan Serangan memiliki keberagaman dalam beragama dimana hindu dan muslim hidup secara berdampingan dengan toleransi yang erat.

Berbeda dengan mahasiswa dari UHN IGBS Denpasar, mahasiswa KKN Kolaborasi UIN Walisongo Semarang dan UIN Syarif Hidayatullah merasakan adanya kaget budaya terhadap kehidupan di Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Bali.

Banyak pertanyaan yang muncul "kenapa jarang dijumpai jemuran di Bali?", memang terkadang masih dijumpai jemuran namun, ketinggian jemuran tidak melewati kepala. Hal ini menjadi satu bentuk terjalinnya toleransi antara umat Muslim dan Hindu di Serangan.

"Di Bali tidak boleh ada jemuran yang tinggi-tinggi, karena Pura berada di Bawah" Ujar Ilham sebagai anggota Remaja Islam Masjid As-Syuhada Kampung Bugis di Kelurahan Serangan (Minggu/3/7/2022).

Tidak hanya umat hindu saja yang menerapkan hal tersebut, bahkan umat muslim juga menerapkan dalam hal menghormati dan toleran terhadap agama lainnya. Terdapat bukti nyata lainnya bentuk moderasi beragama di Kelurahan Serangan ini.

"Kelurahan Serangan menjadi daerah pusat percontohan bagi daerah lainnya terkait moderasi beragama dikarenakan toleransi beragama Kelurahan Serangan ini sangat baik" tutur Pak Ngurah Staff Kasi Pemtrantib dan Kebersihan (Rabu, 29/6/2022).

Reporter : Umi Adilah Lutfiyah, Irfa Farhatul Maula, Muhamad Ikbal Agustami




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline