Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Singkat Wahabi

Diperbarui: 9 November 2018   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kondisi politik dan budaya Arab Saudi masa sekarang merupakan hasil dari pergerakan keagamaan yang berawal di pusat Arabia pada pertengahan abad kedelapan belas. Kegerakan ini, secara luas dikenal sebagai gerakan Wahabi, merupakan hasil dari dakwah Muhammad Bin Abdul Wahab, seorang ulama Islam yang belajar di Mesopotamia dan Hijaz sebelum akhirnya kembali ke tempat asalnya, Najd untuk mendakwahkan ajarannya yang dianggap reformasi Islam.

Muhammad Bin Abdul Wahab prihatin dengan cara ibadah penduduk Najd yang dianggap seperti penyembahan berhala, contohnya berdoa kepada orang-orang suci, ziarah ke kubur dan Masjid khusus, memuliakan pohon, goa dan batu.

Ia juga prihatin mengenai kurangnya pemahaman masyarakat saat itu terhadap hukum Islam dan cara beragama yang benar. Tidak memerhatikan para janda dan anak yatim, banyaknya perzinahan, meremehkan kewajiban Sholat, dan gagal melaksanakan pembagian waris yang adil terhadap wanita.

Di saat Muhammad Bin Abdul Wahab mulai berdakwah guna melawan praktik-praktik yang dianggapnya tidak Islami itu, dan dia menganggapnya sebagai praktik Jahiliyah---yang merupakan atribut yang sama diberikan pada penduduk Arab di masa sebelum Nabi SAW.

Pada awal dakwahnya, Bin Abdul Wahab berhadapan dengan para penentangnya, namun kemudian ia mendapat perlindungan dari seorang kepala Suku lokal bernama Muhammad Bin Saud, dengannya ia bersekutu.

Inilah penyebab bertahan dan berkembangnya pergerakan Wahabi dikarenakan persekutuan antara pendiri Wahabi dan kekutaan politik dari Al Saud yang berada dibagian selatan Najd.

Hubungan antara Al Saud dan Bin Abdul Wahab, beserta keturunan dan para pengikutnya secara efektif merubah kesepakatan (Kesetiaan) bersifat politik menjadi sebuah "kewajiban dalam agama".

Menurut fatwa Muhammad Bin Abdul Wahab, setiap Muslim harus mem-bai'at, kepada penguasa Muslim selama hidupnya. Sedangkan si penguasa, berhutang karena bentuk bai'at itu dari rakyatnya dan dituntut untuk memimpin masyarakatnya sesuai hukum Allah.

Karena menurutnya tujuan inti dari masyarakat ialah menjadi pemegang dan pengamal yang hidup terhadap hukum-hukum Allah Ta'ala, dan hal ini merupakan tanggung jawab sah seorang penguasa untuk memastikan bahwa rakyatnya mengetahui hukum Allah Ta'ala dan hidup dibawah naungannya.

Selanjutnya Muhammad Bin Saud merubah ibukota, Ad Diriyah, menjadi pusat studi Islam dibawah bimbingan Muhammad Bin Abdul Wahab dan ia mengirimkan para pendakwah untuk menyebarkan "Islam reformasi" ini ke semenanjung Arab, teluk dan hingga Siria dan Mesopotamia.

Dibawah bendera agama dan dakwah Tauhid ala Muhammad Bin Abdul Wahab dan kepatuhan total terhadap penguasa Muslim, maka Al Saud memperbesar dominasinya hingga menyebrang semenanjung dari Mekah hingga Bahrain pada tahun 1803, menempatkan para guru agama, membangun sekolah dan para aparat untuk berkuasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline