Lihat ke Halaman Asli

Ujang Ti Bandung

Kompasioner sejak 2012

Sungai Akal yang Terkontaminasi

Diperbarui: 20 Januari 2019   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Images : id.aliexpress.com

Analoginya ibarat air sungai yang masih jernih yang biasanya ada di daerah pegunungan maka pada air sungai seperti itu kita masih bisa melihat benda benda yang ada didalamnya, apakah itu bebatuan ataupun ikan ikan dan makhluk air lainnya.

tapi coba kalau air sungai itu telah menjadi keruh dan apalagi kalau telah menghitam seperti air sungai yang ada di perkotaan atau seperti yang ada didaerah industri.air sungai menjadi keruh atau menghitam karena ia telah terkontaminasi oleh berbagai zat yang mengotori

Maka demikian pula dengan akal.akal yang sehat adalah akal yang masih bisa mencerna benar-salah dengan baik-secara terang benderang.tapi akal yang tidak lagi sehat adalah akal yang sulit mencerna konsep benar-salah karena misal telah terkontaminasi oleh berbagai pandangan atau pemikiran negatif. 

contoh akal yang masih sehat serta masih jernih adalah pada anak anak yang baru akil balig.mereka mudah memahami mana benar-mana salah.tapi coba bicara benar-salah pada seorang yang telah terkontaminasi pemikiran pemikiran negatif maka bisa berujung kerumitan karena kadang ia melarikan persoalan benar-salah itu pada kacamata sudut pandang tertentu,sehingga  yang semula benar bisa nampak menjadi salah dan demikian pula sebaliknya, yang salah bisa nampak benar

Dengan kata lain,yang paling sering mengkontaminasi akal adalah kacamata sudut pandang-pemikiran manusia itu sendiri !,contoh nyata adalah faham faham dalam dunia filsafat yang justru membuat pemahaman manusia terhadap mana benar mana salah menjadi rumit-pelik bahkan absurd sehingga nyaris hilang

Agama adalah konsep Tuhan yang senantiasa menjaga agar akal manusia selalu sehat karena agama selalu bicara serta selalu menekankan prinsip benar-salah. prinsip benar-salah itu selalu menuntun manusia pada mencari serta memahami kebenaran.dan agar kebenaran itu tidak jatuh pada prinsip relativisme yang bergantung pada sudut pandang orang per orang maka agama memberi manusia parameter kebenaran yang satu untuk keseluruhan manusia. dan untuk agar tidak jatuh pada relativisme itu pula maka kebenaran dalam agama dipatenkan alias dibakukan sehingga tidak bisa berubah oleh situasi-kondisi apapun tidak pula oleh sudut pandang manusia yang bagaimanapun.maka kebenaran yang dideskripsikan agama pada prinsipnya-substansinya disebut sebagai 'kebenaran hakiki' yaitu bentuk kebenaran yang otonom dari sudut pandang orang per orang serta bersifat baku-tetap dan tak bisa diubah oleh situasi kondisi apapun

Sebagai perbandingan coba bercermin pada filsafat post mo era Derrida khususnya dimana disana prinsip benar-salah tidak lagi dijadikan parameter karena disana yang menjadi fokus utama adalah prinsip kebebasan individu dan keragaman. filsafat Derrida mendekonstruksi tiang tiang yang membangun konsep kebenaran rasional yang telah dibangun oleh para failosof sebelumnya. dengan kata lain dalam filsafat Derrida tiang tiang penyangga kebenaran itu diruntuhkan satu persatu,bukan untuk dibangun kembali tetapi untuk menyerahkan persoalan kebenaran itu lebih kepada sudut pandang orang per orang.bandingkan dengan filsafat logosentris ala para failosof klasik yang orientasi pada mencari serta menegakkan bentuk kebenaran yang dapat diterima akal fikiran semua orang

Maka dalam filsafat post mo benar salah pun menjadi suatu yang nampak relatif karena telah menjadi bergantung pada sudut pandang orang per orang.dalam era post mo filsafat tidak lagi orientasi pada mencari kebenaran dalam artian yang sesungguhnya yaitu mencari kebenaran yang 'hakiki' seperti ciri khas kebenaran dalam agama yang menekankan untuk selalu mencari bentuk kebenaran hakiki

Secara umum problem kebenaran adalah suatu yang dibicarakan dalam filsafat,tetapi beda dengan dalam agama,dalam filsafat manusia bebas ber eksperiment dengan sudut pandang nya masing masing,sehingga lahirlah berbagai sistem filsafat atau berbagai mazhab pemikiran.nah lahirnya berbagai kacamata sudut pandang yang berbeda beda itu membuat wajah kebenaran dalam filsafat menjadi samar-rancu bahkan absurd.seorang failosof terkadang tak lagi bicara tentang benar-salah yang 'hakiki' yang mengikat serta berlaku untuk semua orang secara keseluruhan sebagaimana yang menjadi prinsip agama tetapi lebih kepada bagaimana melihat segala suatu persoalan keilmuan-kefilsafatan dari sudut pandangnya masing masing dengan menggunakan sistem filsafat serta kacamata filosofi nya masing masing

Maka dalam filsafat kebenaran yang semula otonom - berada diluar manusia menjadi berpindah kedalam kepala kepala manusia yang pandangan nya berbeda beda.sehingga kebenaran yang tadinya hakiki menjadi nampak relatif

Maka berbicara tentang kebenaran dalam dunia filsafat menjadi suatu yang rumit karena seolah harus melihat kepada kacamata apa serta yang bagaimana yang digunakan seseorang.dan demikian pula bicara benar-salah dalam filsafat tak semudah dalam agama.dalam agama berbicara tentang benar-salah menjadi lebih mudah karena adanya satu parameter kebenaran yang dijadikan pedoman bersama.itu sebab kebenaran agama mudah diceramahkan atau dikotbahkan dan mudah diserap akal fikiran semua orang.tetapi menceramahkan benar-salah versi filsafat akan terantuk pada banyak kacamata sudut pandang yang berlainan dan kadang berlawanan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline