Lihat ke Halaman Asli

Uci Anwar

Penulis

Mereka yang Tak Pernah Menyerah

Diperbarui: 15 Mei 2020   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Pagi cerah, hari  ke-22 di bulan Ramadhan ini. Gondrong menekuri mesin jahitnya. Entah siapa nama sebenarnya, tapi dia lebih menyukai dipanggil "Mas Gondrong", sesuai nama kios tempatnya membuka usaha permak baju dan celana di Pasar PSPT Tebet Timur, "Gondrong Permak"

Hari ini pagi-pagi dia sudah mendapat orderan. Seorang ibu menyodorkan sarung guling, untuk dijadikan sarung bantal. Rupanya ibu tersebut baru membeli seprai. Namun karena tak memiliki guling di rumahnya, maka jatah sarung guling, yang berada dalam satu paket pembelian seprai, dia minta rombak menjadi  sarung bantal.

Gondrong mengukur sarung guling , dan memutuskan dua buah sarung guling  bisa disatukan menjadi satu sarung bantal. Empat buah sarung guling yang disodorkan perempuan  tersebut, bisa disulap  menjadi dua buah sarung bantal. Ibu tersebut setuju.

"Lima belas ribu satunya bu. Mau diambil sore apa besok pagi ?," tanya Gondrong. Sang ibu memutuskan akan kembali ke pasar tradisional tersebut besok pagi. Artinya Gondrong bisa menunda orderan baru ini, mengerjakan dulu order permak sebelumnya.

"Sepi. Beda sekali ama bulan puasa tahun-tahun sebelumnya. Tapi rejeki mah ada aja kok," kata Gondrong tertawa. Dia tak mengeluh dengan situasi ini. Dia tahu persis, mengeluh tidak membuat masalah ekonominya menjadi lebih baik.

Sejak tersiar kabar pandemi virus covid-19, dia tetap konsisten datang ke kios yang di sewanya, menyongsong rejeki. Menunggu pelanggan atau orang-orang baru yang akan mempermak baju dan celana untuk lebaran.  

Amat berbeda dengan ramadhan sebelumnya, kios-kios jahit dan  permak di lantai dua pasar ini  selalu lengang. Biasanya mendekati lebaran, para penjahit sudah menumpuk order. Kewalahan, bahkan terkadang sampai menolak orderan, jika mendekati hari H.

Orderan jahitan bermacam-macam, memotong celana yang kepanjangan, mengecilkan baju yang kebesaran, mengganti kancing yang tak sesuai selera, bahkan beberapa kios menerima menjahit pakaian baru untuk lebaran.

Gondrong mengkhususkan diri hanya menerima permak. Berbagai jenis permak. Untuk menjahit baju baru ada tetangga kiosnya yang biasanya selalu ramai dikunjungi, yakni Lina Modiste.

Ibu sepuh berusia 70 tahun ini memang disukai para pelanggannya. Lina amat terampil menjahit, bahkan jenis jahitannya terhitung kelas butik-an.  Dengan keterampilannya menjahit halus ini, dia mampu mendapat  puluhan order jahitan baju baru. "Sehari paling sedikit bisa dapat 500 ribu," ujar Lina.

Itu pada hari-hari normal, sebelum masa pandemi. Orderan sekarang tak seberapa. Namun berapa pun yang dibawanya pulang, dia terima dengan ikhlas. Kendati sepi, dia tidak menyerah. Selama pandemi, dia tetap datang ke kiosnya. Menunggu kalau-kalau pelanggan datang. Ada memang satu dua yang datang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline