Lihat ke Halaman Asli

Mubaidi Sulaeman

Peneliti Islamic Studies UIN Sunan Ampel Surabaya

Pemerintah Ini Bagaimana atau Rakyat Harus Bagaimana?

Diperbarui: 9 Juli 2020   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari ini dunia "persilatan" politik Indonesia memanas. Bukan karena adu gagasan tentang penanganan pandemi covid-19 yang "menyehatkan" tetapi justru disebabkan Pemerintah dan para pendukungnya akhir-akhir ini bersikap antipati terhadap kritikan dan hilangnya budaya mendengarkan dengan seksama. Di mana ini mengancam demokrasi di negeri ini. Gawat.

Karena kondisi yang serba "lucu" ini, Najwa Shihab sampai membuat vlog  berjudul "Yang Lucu tapi Tidak Mau Ditertawakan" untuk menggambarkan betapa gawatnya kondisi "darurat humor nan krisis legowo" dalam menerima kritikan para pejabat saat ini.

Padahal karena sifat politik itu "power tends to corrupt", cenderung korup dan menyeleweng maka memang seharusnya dibutuhkan kritik dari semua elemen untuk mengontrolnya, biar tidak menyelewengnya terlalu jauh. FYI, pada dasarnya sekotor apapun, kita tetap membutuhkan politik untuk mengatur jalannya roda kekuasaan di suatu pemerintahan.

 Ada puisi Gus Mus (KH. Ahmad Musthofa Bisri) berjudul "Kau ini Bagaimana atau Aku harus Bagaimana?" yang perlu kita cermati, meski sudah berusia 33 tahun rasanya  masih relevan sampai sekarang, yang menggambarkan rakyat selalu salah di mata Pejabat.

Kau ini bagaimana? kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir.
aku harus bagaimana? kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

kau ini bagaimana? kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin plan

aku harus bagaimana? aku kau suruh maju, aku mau maju kau serimpung kakiku,
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

kau ini bagaimana?kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa,
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya.

aku harus bagaimana? Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya.
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain

kau ini bagaimana? Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat. 

kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana? Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline