Lihat ke Halaman Asli

Mustyana Tya

Penulis, jurnalis dan linguis

Berpetualang ala Jumanji di Hutan Bakau Kei

Diperbarui: 10 Agustus 2021   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Di hari pertama setelah mengunjungi berbagai atraksi mulai dari tugu pahlawan Karel Sadsuitubun  trus ke mural yang semuanya apa adanya, kita menantikan bertualang di tengah hutan bakau di Desa Wisata Rumadian, Kepulauan Kei Kecil. 

Sebelumnya kita sengaja menunggu karena menanti naiknya air, setelah air naik tanpa basa basi kita langsung bergegas eksplorasi. Katanya, di dalam hutan bakau ini kita bisa lihat sumber air dan pertanian warga.

Ternyata, pengelola bilang kalau mau menikmati eksotisnya pulau bakau ini bisa sewa perahu Rp 200 ribu dan perjalanan keliling itu sampai 30 menit, tetapi emang hutan bakau seluas 1.5 ha ini masih bener-bener perawan karena dibiarkan saja tumbuh sembarangan sehingga kita yang berperahu itu harus cermat melihat air. Khawatir perahunya nyangkut ke akar-akar bakau yang menjalar ke mana-mana. 

Hutan bakau yang lebat ini pun menggundang banyak varian burung-burung bahkan di beberapa titik benar-benar terasa gelap dan kita juga musti siap-siap kayang klo ada pohon yang melintang di antara perahu. Seru banget kan. Jadi kerasa banget eksplorasi ala jumanjinya wkwkwkw...

Pengelola juga tiba-tiba mengambil buah yang mirip jeruk bali tapi bukan, lalu mengeluarkan teka-teki kalau buah ini dipotong-potong sebagaimanapun bisa menjadi puzzle yang menarik.

 Saya gak gitu merhatiin apa yang dilakukan dia, gegara sibuk menyisir lebatnya bakau dengan akar-akar seksi yang mencuat dari air. Whoaaa... seru banget. Apalagi suasana terasa syahdu dengan senyapnya suara dan cuma diselingi dengan suara kicauan burung. Bikin merinding sekaligus takjub. 

Dokumentasi pribadi

Ternyata, eksplorasi ini ada ujungnya, kami diminta turun karena pengelola ingin menunjukkan sumber air desa. Kami turun dengan kaki basah gegara kudu mencelup sebagian kaki sampai betis ke air. 

Belum selesai rasa dingin air menjalar ke tubuh kami harus siap-siap pas tau di depan kami ada lorong pepohonan yang begitu gelap. Waduh serius nih, saya yang penakut sebenarnya selalu pura-pura berani setiap momen-momen seperti ini. 

Akhirnya sembari membawa kamera saya abadikan betapa gelapnya hutan ini. Jalan setapakpun begitu kecil tapi untungnya ga lama karena akhirnya ketemu jalan sedikit besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline