Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Nomad Digital

Cerpen | Kutukan "Skyline"

Diperbarui: 4 Oktober 2017   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Caping

Jeremi memutuskan tetap pergi. Menantang tabu, atau menurutnya, sejenis dongeng ketakutan yang dipelihara orang-orang tua zaman dahulu.

"Wajar saja, saat itu terlalu banyak keterbatasan. Penjelasan yang benar, utamanya. Berjalan di lereng gunung dengan sepanjang langkah ditemani bayangan pepohonan besar akan terlihat seperti rombongan hantu sedang melaksanakan ritus penyerahan tumbal darimu," bantah Jeremi ketika Anton memintanya agar tak terus menggugat tabu dari masa lalu.

"Ini bukan soal keterbatasan nalar, Jer. Ini soal penghar.."

"Sudahlah. Bantah aku dengan argumentasi, bukan kecemasan, Ton."

Percakapan sebelum berangkat itu kini menjadi penyesalan yang sia-sia.

***

Sesaat sesudah Magrib melepaskan tugasnya ke langit malam, Jeremi telah rapi dengan flanel merah maron, jins hitam dan sepatu coklat yang dibelinya dari gerai barang-barang outdoor. Tak lupa, ia mengikat lenso berwarna sama yang baru diberikan Anton, seorang putra Maluku yang memiliki keluarga di Rotterdam, Belanda.

"Seperti koboi yang menantang dingin, kering dan asing di padang-padang pasir Texas," katanya di depan lemari bercermin seketika terkenang film Django sebelum dibongkar Tarantino, "hanya akan pulang sesudah  padang gembala dan ranch didirikan."

Jeremi keluar dari kamarnya yang terletak di bagian paling belakang, bersebelahan dengan ruang makan dan dapur yang selalu sepi. Langkahnya bergegas melintas hingga ke ruang tamu. Menemukan sepi yang sama di depan televisi besar jenis Home Theater.

Tak ada makhluk hidup yang perlu dipamiti.

Di garasi, motor honda jenis GL Pro yang sudah dimodifikasi serupa motor tentara di zaman perang dunia, tampak kinclong. Semua sisi tubuhnya telah dibersihkan pak Mamat sore tadi sesudah pulang dari bengkel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline