Lihat ke Halaman Asli

[Part VI] Di Balik Sebuah Cerita

Diperbarui: 3 Desember 2016   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kawasan pendesaan (sumber : https://jakasppainter.files.wordpress.com/)

POV Istri

ilustrasi rina (sumber: kapanlagi.com)

Malam kian beranjak dewasa udara malam pun semakin dinding menelusup di celah-celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Entah kenapa malam ini aku masih belum bisa memejamkan mata ini.

Pikiran yang terus bergerak untuk mengeksploitasi setiap kejadian yang tak terduga beberapa hari ini, kejadian yang bila diingat-ingat akan membuat senyum-senyum sendiri karena semua kejadian itu diluar dugaan dan tak menyangka bisa menjadi sebuah cerita lain dalam diri ini.

Malam ini aku sedang terduduk dipinggir dipan sambil memandang ke arah balai yang ada di kebun samping, seketika terlihat pak giran sedang menarik kreteknya dengan wajah santai melirik kearah ku dan tersenyum dan aku pun membalas tersenyum kepadanya.

Entah kenapa seperti ada sesuatu yang menarik dan membimbing ku untuk beranjak menemui pak giran yang sedang bersantai di balai itu.

Ilustrasi mbah giran (sumber : rikyarisandi.blog.widyatama.ac.id/)

Ku lirik sejenak ke arah mas andi dan beserta kedua buah hati yang masih tertidur dengan lelapnya, ku kecup kening adit dan anis dan mengambil sweater yang tergantung di dinding anyaman bambu karena udara malam yang kian dingin membuat ku membutuhkan sweater agar tidak terlalu dingin.

Aku beranjak ke arah pintu kamar, langkah kaki yang ringan tanpa beban yang memberatkan langkah maupun hati ku seakan alam merestui langkah kaki ini untuk berjumpa dengan pak giran.

Ada rasa grogi dan deg-deg an yang mulai meresapi, aku di buat bingung oleh perasaan yang bergejolak di hati bagaikan seorang gadis yang baru jatuh cinta.

Ku buka pintu utama yang tak terkunci, kaki pun melangkah ke arah kebun samping dimana pak giran sedang duduk dengan santai di balai tanpa lampu cuma ada sinar rembulan yang menerangi langkah ku.

"sini nduk.. duduk di samping bapak", pak giran menyadari kehadiran ku.

"iya pak.." aku pun menempatkan diri disamping pak giran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline