Essi 180 -- Oke Pong, Supaya Plong Ya Silahkan Tetapi ...
Tri Budhi Sastrio
Kayak orang kurang kerjaan ... adalah gerutuan salah
seorang pamdal.
Mungkin gerutuan ini ada benarnya, karena gara-gara
si Pong Bengal,
Eh, dia akan kena getahnya, mungkin tak sampai
dipukul pakai sandal,
Tapi disemprot komandan plus para petinggi
akan tuduh kurang handal
Sudah jelas akan diterima bertubi-tubi dan
berlama-lama, kurang ajal ...
Ha ... ha ... ha ... memang inilah resiko jabatan
sekelas para pamdal.
Dipuji rasanya jarang, tapi dicaci kurang awas,
kurang becus, tak handal,
Ditambah sederet kritikan lainnya sudah pasti
akan datang berjejal-jejal.
Gara-gara sampeyan sih Pong, ente memang
merasa lega dan plong,
Tetapi kami-kami ini lho, tidak makan nangkanya
eh ... getahnya dong
Berlepotan di seluruh tangan, kaki, bahkan muka ...
aduh Pong ... Pong,
Mengapa tak panjat gedung lain saja kalau
tujuannya hanya mau omong
Apakah anggota dewan masih ingat tulisan ente
'jujur, adil, tegas, dong'?
Mereka semua tentu masih ingat walau dua tahun
berlalu hai bung Pong,
Ini jika tujuan anda hanya mengingatkan mereka,
dan sedikit mendorong.
Tetapi jika ingin memastikan apa mereka sudah
jujur, wah remnya blong!
Benar, maaf nih bung Pong, hampir semua
anggota dewan remnya bolong,
Minyak remnya tumpah, dan dusta pun terus
bergulir bak bola pingpong,
Setelah sampai di sini, membal ke sana, balik lagi
ke sini, ibarat kantong,
Dasarnya bolong, jadi nasehat bung Pong agar
mereka jujur, ya ... blong.
Dusta menjadi bagian permainan, bahkan daftar
hadir jadi daftar bohong.
Berikutnya tentang pesan 'adil', lho ... bagaimana
sih wahai bung Pong,
Orang yang tidak jujur dan suka berbohong
jelas jauh dari rasa adil dong.
Kalau tidak jujur, pasti tidak adil, sehingga pesan
berikutnya ya ompong.
Ya pasti ompong ... pasti ompong dan ketegasan
laksana kacang polong.
Singkat kata bung Pong, pesan dua tahun lalu
tetap ada tetapi bengong.
Ada tetapi tidak ubahnya kata-kata kosong
melompong bak kepompong
Ditinggal begitu saja oleh sang kupu-kupu
yang telah terbang berbondong
Tinggalkan pesan 'jujur, adil, tegas, dong'
di ruang hampa yang kosong.
Jadi bung Pong, oke Anda mengingatkan dan
panjat gedung agar plong
Tapi jangan gedung yang kami jaga dong,
ente memang plong bung Pong,
Tetapi kami orang kecil yang akan konyol,
benjol-benjol, pikirkan kami dong.
Dua tahun memang telah berlalu, insiden Pong
panjat gedung kura-kura
Mungkin sudah lamat-lamat hampir hilang tak
bersisa, lalu tiba-tiba saja
Karena terpasang tangga para pekerja, kebetulan
si Pong lewat di sana,
Lalu entah setan dari mana berhasil menggoda
si Pong menaiki tangga,
Berteriak keras, tiduran sejenak di atap, diminta
turun dan baik-baik saja,
Dan ingatan akan pesan lama, pesan semua
rakyat Indonesia sebenarnya
Kembali berkumandang di seantero langit
nusantara, tetapi seperti kata
Pamdal gedung kura-kura 'anda ini kurang
kerjaan ya' yang benar adanya.
Jangankan cuma si Pong, artis yang sudah lama
berlalu masa jayanya,
Si Werkudara yang sedang berada di puncak
dan pegang penuh kuasa
Ternyata juga tak berdaya apa-apa, kata-kata
halus nan tegas maknanya
Dilontarkan berulang-ulang, eh malah menjadi
bumbu penyedap rasa.
Korupsi perompakan uang negara terus ada
dan ... aman-aman saja.
Essi nomor 180 -- SDA31072012 -- 087853451949