Lihat ke Halaman Asli

Trian Ferianto

TERVERIFIKASI

Blogger

Hidup Terasa Hampa Meski Semua Tercapai? Mungkin Anda Salah Kompas

Diperbarui: 19 Agustus 2025   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tua, sukses, dan memiliki segalanya tapi hidup terasa hampa (Sumber: ilustrasi olah AI dengan META AI oleh Penulis)

Sudah kerja keras, mencapai target, dapat promosi... tapi kok rasanya tetap ada yang kosong? Jika Anda pernah merasakan ini, Anda tidak sendirian. Seringkali, masalahnya bukan pada tujuan (goal) yang salah, tapi karena kita kehilangan arah kompas (value) sejati kita. Dalam beberapa menit ke depan, saya akan memandu Anda melalui beberapa latihan sederhana untuk menemukan kembali kompas tersebut. Siapkan catatan atau buka aplikasi notes Anda, mari kita mulai.

Pertama, Pahami Bedanya: Kompas (Nilai) vs. Peta (Tujuan)

Konsep Ketuhanan yang diinjeksikan ke dalam diri manusia sejatinya bukan untuk mencapai kondisi tertentu (hasil), namun untuk mengikuti apa yang menjadi nilai hidupnya. Nilai terbentuk dari kombinasi 'bakat' bawaan, pendidikan, dan interaksi dengan lingkungan. Inilah bekal utama yang seharusnya kita ikuti.

Alih-alih mengejar sebuah kondisi tertentu---yang berisiko menyiksa jika tak terpenuhi---para ilmuwan psikologi yang mengembangkan Acceptance and Commitment Therapy (ACT)  lebih merekomendasikan manusia untuk setia pada nilai yang ada dalam dirinya. Inilah 'kompas' sejati agar hidup lebih memuaskan dan optimal.

Nilai adalah kualitas tindakan yang kita pilih secara sadar. Berbeda dengan tujuan yang bisa dicapai dan selesai, nilai adalah arah yang kita jalani selamanya. Setia pada nilai akan menjamin kepuasan sejak awal, sementara fokus hanya pada tujuan berisiko menimbulkan stres jika dalam prosesnya kita melanggar nilai-nilai pegangan kita. Jika tujuan adalah titik di peta, maka nilai adalah arah mata angin yang memastikan kita tidak tersesat.

Nilai Sudah Ada di Dalam Diri, Tidak Perlu Dicari, Cukup Diklarifikasi

Jika Anda percaya pada konsep fitrah---bahwa kita dilahirkan dengan seperangkat desain unik---maka nilai tidak perlu dicari dari luar. Ia sudah ada di dalam diri. Tugas kita bukanlah menemukan, melainkan mengklarifikasi apa yang sudah penting bagi kita, yang mungkin masih terkubur di bawah tumpukan "seharusnya begini" dan "sebaiknya begitu". Nilai itu seperti suara hati yang tulus.

Bagaimana Cara 'Mengenalinya'?

Setidaknya ada dua teknik utama yang bisa kita lakukan:

Teknik Memulai dari Akhir (Start with the End)

LATIHAN #1: Pidato di Ulang Tahun ke-80 Anda atau Hari Pemakaman Anda

Bayangkan Anda berada di perayaan ulang tahun ke-80, dikelilingi orang yang Anda kasihi. Satu orang ditunjuk untuk memberikan pidato testimoni tentang Anda. Apa yang paling ingin Anda dengar dari pidato tersebut? Seringkali, suara yang muncul bukanlah tentang kekayaan atau jabatan, melainkan tentang nilai-nilai mulia yang membuat Anda bangga. Itulah nilai Anda.

Sebagai alternatif, Anda bisa mencoba Teknik Eulogy. Bayangkan Anda menyaksikan pemakaman Anda sendiri. Apa yang ingin Anda dengar dari pidato perpisahan di atas makam yang jujur tentang hidup Anda?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline