Lihat ke Halaman Asli

Topik Irawan

TERVERIFIKASI

Full Time Blogger

Menjaga Kewarasan Kolektif Agar Air Tanah Tidak Diekploitasi Secara Berlebih

Diperbarui: 10 Agustus 2019   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air merupakan sumber kehidupan, merawatnya adalah keniscayaan(dokpri)

Di balik industri pariwisata pulau Dewata Bali yang gaungnya sudah di kenal ke manca negara, ada satu dilema yang dirasakan saat ini, yaitu keseimbangan akan pasokan air di pulau Bali, menarik untuk dibahas pendapat Ida Bagus Putu Binyana yang merupakan peneliti Politeknik Negeri Bali. "Daerah pesisir di mana akuifer terus diekploitasi, akan mengalami kebocoran air laut ke air tanah yang tak bisa dibalikkan sampai kapanpun."

Air tanah merupakan sumber daya air selain air hujan dan air sungai, bukan melulu di pulau Bali terancam krisis ketersedian air tanah, contohnya adalah ibu kota negara tercinta kita, Jakarta. Mengacu pada lapran Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, akibat pengambilan air tanah secara massiv di ibu kota berdampak pada penurunan permukaan tanah, setiap tahun kota Jakarta mengalami penurunan tanah berkisar antara 7,5 cm hingga 25 cm. 

Ketersediaan air bersih mutlak di perlukan dan keseharian kita, jika kita abai dan terus mengekploitasi secara terus menerus, tak pelak lagi di kemudian hari kekurangan sumber air bersih adalah sebuah keniscayaan.

Anugerah terhebat yang diberikan Sang Maha Pencipta untuk makhluk hidup di planet bumi adalah ketersediaan air yang merupakan elemen vital bagi kelangsungan kehidupan di muka bumi, apa jadinya jika bumi tak ada air. 

Dari total air tawar di dunia, yang terdiri dari salju dan juga es sebesar 70 %, 30 persen adalah air  tanah, 0,5 adalah air permukaan yang kta kenal sebagai air sungai atau danau, sisanya sebanyak  kurang 0,005 berupa kandungan atmosfer, yang  sedapatnya umat manusia mampu menjaga air dari ekploitasi berlebihan. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa mencanangkan Hari Air Sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 22 Maret.

Prediksi PBB pada tahun 2050, penduduk dunia mengalami pertumbuhan di kisaran angka 2 miliar dan tentu saja ini dibarengi meningkatnya permintaan air yang diperkirakan hingga 30 %. 

Untuk peraturan tentang sumber daya air, Indonesia pun memiliki Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004, namun dalam perjalanannya Undang Undang SDA dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi dan dengan pembatalan tersebut MK pemberlakukan kembali UU Nmor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.

Merawat Air Tanah Menyiapkan Bekal Yang Cukup Untuk Generasi Mendatang

Saat ini akses untuk mendapatkan air bersih yang bersumber dari air tanah masih terasa lebih gampang, tinggal membuka keran dan air pun mengalir, namun beberapa tahun mendatang permasalahan air sangat mungkin akan menjadi persoalan serius dan dapat memicu krisis di belahan dunia.

Faktanya bahwa baik itu manusia, hewan maupun tumbuh tumbuhan memerlukan air bagi keberlangsungannya. Perlu di ingat bahwa 98 % komposisi air di bumi yang kita huni ini adalah air asin, dan 2 % merupakan air tawar yang layak konsumsi.

Sebelum benar benar krisis air mendera, ada beberapa hal yang patut kita perhatikan dan lakukan agar mampu menghemat air, salah satunya adalah bisa kita lakukan dengan cara tidak mandi terlalu lama yang cenderung menghabiskan banyak air, meski kelihatan sepele namun jika itu di lakukan oleh jutaan orang tentu buang buang air ketika mandi akan menguras air dan otomatis cadangan air pun terkuras.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline