Lihat ke Halaman Asli

Topaz Aditia

Bohemian Thinker

Kematian Sang Vaandrig: Sejarah Kelam Istilah Pria Hidung Belang

Diperbarui: 29 Oktober 2022   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: bartelegallery.com

Jaques Specx, seorang pejabat VOC keturunan Belanda, memutuskan untuk meninggalkan Pulau Hirado, Jepang, untuk berlayar menuju Batavia. Ia membawa serta putrinya Sara, hasil hubungan dengan gundiknya yang berdarah Jepang

Batavia, 1629

Specx (*) harus kembali ke Belanda untuk memenuhi undangan Heeren Zeventien (atau lebih dikenal sebagai "Dewan 17"), sebutan untuk para direktur VOC yang beranggotakan tujuh belas orang. Ia menitipkan Sara (*) kepada sahabatnya sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia kala itu, Jaan Pieterzoon Coen (*). Sejak itu Sara tinggal bersama kedua orang tua angkatnya Jaan P. Coen dan istrinya Eva Ment.

Het Schandaal

Kecantikan Sara (atau "Sartjee") yang merupakan perpaduan Barat dan Timur menjadi buah bibir para calon perwira muda VOC. Salah satu yang tergila-gila padanya adalah Pieter J. Cortenhoeff, seorang prajurit muda penjaga kastil (de vaandrig van de kasteelwacht) yang memiliki paras rupawan. Sara dan Pieter menjalin percintaan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Coen. Sampai suatu ketika, orang kepercayaan Coen mendapati Sara dan Pieter in flagrante delicto (tertangkap basah) alias bermesraan di salah satu ruang Het Kasteel van Batavia

Coen, seorang Kristen beraliran Calvinis yang fanatik, mendengar informasi itu tentu saja langsung berang. Apalagi rekam jejaknya sebagai sosok yang jadi teladan masyarakat Eropa di Batavia tercoreng. Selain terkenal sebagai seseorang yang berperawakan tinggi besar, Coen juga dikenal reputasinya sebagai orang yang teguh memerangi sifat-sifat buruk dan perilaku bejat dari kaum kompeni.

Kemarahan Coen

Begitu marah dan malunya Coen terhadap kejadian tersebut, ia memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan dua tiang gantungan sekaligus di depan Stadhuisplein (sekarang Gedung Museum Fatahillah Jakarta). Namun, Pengadilan Batavia (Raad van Justitie) dan para pendeta akhirnya sepakat bahwa hukuman skandal tersebut harus diadili dan diputuskan lewat meja pengadilan. Sara divonis hukuman cambuk dan Pieter dijatuhi hukuman pancung. 

Stadhuisplein, 6 Juni 1629

Keduanya dieksekusi tepat di depan halaman Stadhuisplein. Si pemuda dipancung. Sementara sang gadis dihukum dengan cara diseret ke arah pintu gerbang untuk menyaksikan proses hukuman kekasihnya. Sebelum diseret, pakaian Sara dilucuti. Tak ada yang mempedulikan jeritan pilu Sara. Para algojo mulai menghujani anak dari sahabat Coen itu dengan cambukan berkali-kali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline