Lihat ke Halaman Asli

Puisi Fadli Zon Kembali Tuai Kontroversi

Diperbarui: 6 Februari 2019   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber gambar: mojok.co)

Tingkah Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, kembali menuai kontroversi. Wakil Ketua Umum Gerindra ini kembali menciptakan puisi. Kali ini, puisinya diberi judul "Doa yang Ditukar",  terinspirasi dari hebohnya insiden Kiai Haji Maimun Zubair alias Mbah Moen yang salah menyebut nama saat berdoa di samping Capres nomor urut 1.

Dalam puisi yang ditulis di Bogor itu, Fadli Zon menyinggung soal doa yang sakral, agama yang diobral hingga kepemimpinan.

"Doa sakral, seenaknya kau begal, disulam tambal, tak punya moral, agama diobral, "begitu bunyi bait pertama pada puisi Fadli Zon itu.

Pada bait kedua, Fadli Zon menuliskan kata 'kau' dalam puisi tersebut.

"Doa sakral, kenapa kau tukar, direvisi sang bandar, dibisiki kacung makelar, skenario berantakan bubar, pertunjukan dagelan vulgar," lanjut Fadli.

Kata 'kau' di bait kedua inilah yang memantik beberapa komentar dari warganet, termasuk para tokoh nasional. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin, Arsul Sani menilai puisi berjudul 'Doa yang Ditukar' yang dibuat Fadli Zon merugikan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. 

Menurutnya, puisi Fadli Zon tersebut membuat warga Nahdlatul Ulama (NU) yang disebut Nahdliyin menjauh dari pasangan Prabowo-Sandi dan lebih menguntungkan pasangan Jokowi-Ma'ruf.

 Sekjen PPP itu menerangkan, kerugian itu karena puisi Fadli Zon bertentangan dengan kultur dan kekhasan NU.

Pada kesempatan lain, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M. Romahurmuziy juga merespons puisi karangan Fadli Zon lewat akun media sosial Twitter miliknya, Rabu (5/2). 

Romi menyindir lawan politiknya sebagai pihak yang berteriak bela ulama, belakangan justru malah merendahkan ulama. Dia pun menyindir lawan agar tidak membawa-bawa nama Tuhan sementara syariat Islam, yakni sholat lima waktu dan puasa Ramadan ditinggalkan.

"Hentikan semua narasi, seolah kau paling suci. Karena pemimpin dalam Islam sudah jelas ukurannya, bukan penghina ulama dan menakut-takuti rakyatnya" demikian kata Romi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline