Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Memaknai Sense of Belonging secara Keliru

Diperbarui: 3 Juni 2021   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sehingga Merasa Boleh Berbuat Sesuka Hati

Saat masih tinggal bersama di rumah orang tua,walaupun rumah bukan milik kita pribadi,tapi sebagai anggota keluarga,kita memiliki "sense of belonging",yakni ikut merasa memiliki,sehingga ikut merasa bertanggung jawab. 

Bila ada yang mencoba mengganggu ataupun merusak bagian dari rumah ,maka setiap anggota keluarga ,siap bertarung untuk menghalau si Perusuh. 

Bahkan bila ada yang berani masuk ke dalam pekarangan rumah tanpa izin,apalagi sampai menginjak tanaman yang telah ditanam dengan susah payah,maka sebagai salah satu dari anggota keluarga siap mengusir siapapun yang menganggu dan akan merusak. Bila yang masuk kambing tetangga,maka kalau perlu digebukin dengan batu. 

Tak satu pun dari anggota keluarga yang mau membiarkan sampah berserakan di lantai, walaupun bukan dirinya yang melakukannya. Bila api ditungku menyala terlalu besar, maka buru-buru siap memadamkannya agar tidak terjadi kebakaran, walaupun karena hal ini harus terlambat ke sekolah atau ke kantor.

Karena merasa ikut memiliki,sehingga setiap penghuni rumah,baik anak mantu dan cucu ataupun mantu cucu,semuanya siap mempertaruhkan nyawanya,untuk melindungi ,karena memiliki "sense of belonging" Tidak ada yang merasa"saya cuma numpang tinggal,ntar kalau sudah menikah saya juga akan keluar dari rumah ini,maka masa bodolah apa yang mau terjadi" .Hal ini dikarenakan rasa memiliki dengan hati yang jujur sudah mendarah daging dalam diri setiap penghuni rumah

Apa Yang Telah Kita Lakukan Terhadap Negeri Kita?

Tapi sayangnya, sense of belonging ini berubah arah bahkan bertransformasi secara keliru,menjadi :"karena merasa memiliki,maka saya boleh berbuat sesuka hati" Tengok saya di taman taman bunga,anak anak dibiarkan berlari lari dan menginjak bunga  yang indah. Bahkan saat anak anak memetik bunga bungan dan mempretelin serta diserakkan dijalan,orang tua hanya melihat tanpa berusah untuk mencegahDijalan raya,orang mengemudikan kendaraan,karena merasa jalan raya adalah milik nenek moyang sendiri, jadi suka suka sayalah mau jalan kemana. !

Bahkan di Zebra Cross ,walaupun sudah tampak ada orang yang sedang menyeberang,kalau perlu diklason berulang kali agar berhenti,karena merasa sebagai  Pemilik kendaraan,lebih berhak menggunakan jalan raya,ketimbang para Pejalan kaki

Bagi-bagi Uang Negara

"Lha uang negara asalnya kan dari kita kita rakyat Indonesia?"  Maka karena memiliki sense of belonging,maka uang negara pun dibagi bagi dengan penuh rasa suka cita,tanpa rasa bersalah,karena secara keliru menerjemahkan sense of belonging

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline