Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Tenggang Rasa Itu Takarannya Apa Ya?

Diperbarui: 5 Maret 2019   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi:pixabay

Jangan Sampai Kita Keliru Menggunakan Takaran

Kalau kita membeli mangga, maka takarannya adalah perbuah atau perkilogram. Kalau seandainya, kita bertanya kepada Penjual mangga, "Pak, berapa harga mangga seliter? Atau berapa harga mangga satu meter? " Tentu sudah dapat dibayangkan, bukan hanya si Penjual mangga melainkan orang orang sekitar yang mendengarkan pertanyaan kita akan menggelengkan kepala dan berbisik, " Kasihan ya...penampilan necis ternyata sinting "

Rasanya lucu banget ya bila ada orang yang salah dalam menggunakan takaran, ketika berbelanja. Apalagi bila berbelanja di toko buku dan bertanya, "Mbak berapa buku ini sekilo?" 

Maka si Mbak,hampir pasti akan menjawab, "Maaf pak, ini buku baru. Kalau yang kiloan itu kan koran bekas?" Atau jangan jangan si mbak buru buru panggil sekuriti toko dan berbisik, " Tolong pak ada orang kurang waras mau beli buku kiloan "

Tapi kalau kita memiliki sepotong kerendahan hati dan meluangkan waktu satu dua menit untuk merenung, bisa jadi hal seperti ini pernah kita lakukan baik sadar ataupun tanpa sadar, yakni memakai takaran yang keliru untuk menilai sesuatu.

Semua Ada Takaran Masing Masing

Sejak dari anak SD sudah tahu, bahkan anak anak hasil produksi zaman NOW sudah tahubahwa semuanya ada takarannya. Misalnya:

  1. Kain takarannya adalah meter
  2. nasi takarannya sepiring, seporsi atau sebungkus
  3. air takarannya  segelas, sebotol, seliter atau satu gallon
  4. air banjir, takarannya bukan segelas, tapi ditakar berdasarkan kedalamannya dengan meter atau centimeter
  5.  tapi pemberian dari sahabat atau kerabat,tentu tidak ditakar dengan "berapa harganya?"
  6.  dan seterusnya dan seterusnya

keterangan : bersama teman teman setanah air di Perth/dokumentasi pribadi

Kembali  Kepertanyaan Awal 

Dalam berinteraksi dengan lingkungan di manapun kita berada, salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dan tidak melukai hati orang adalah dengan memegang teguh prinsip "tenggang rasa"

Semisalnya, ada tetangga yang sedang berduka,sementara anak kita berulang tahun. Tentu saja kita tidak perlu membatalkan perayaan ulang tahun anak kita,karena  yang meninggal bukan nenek kita, tapi nenek tetangga. Namun, sebagai tetangga yang baik dan sebagai orang yang tahu tenggang rasa, kita kecilkan volume musik. 

Tapi kalau kita tetap bersikukuh bahwa kita di rumah sendiri dan bebas berbuat sesuka hati  dan membuka volume musik sebesar besarnya dengan pemikiran, "yang meninggal bukan nenek saya,mengapa saya harus ikut berduka?" Tetangga hanya bisa mengurut dada dan tidak  bisa menyeret kita ke ranah hukum karena tidak ada undang undang yang menyatakan, bahwa "bila tetangga sedang berduka,kita harus ikut berduka."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline