Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Pesan Tersampaikan tanpa Harus Melukai Penerimanya

Diperbarui: 27 Mei 2017   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dizaman digital ini, ada beragam cara untuk menyampaikan pesan kita kepada siapapun. Tidak harus berkunjung,tidak perlu mengutus orang lain dan juga tanpa harus berkirim surat. Ada begitu banyak  fasilitas ,sarana dan prasarana,tinggal memilih, via WA, sms, Messenger, facebook, email ,gmail dan berbagai jalan lainnya. Bilamana pesan dikirim, dengan maksud saling mengingatkan,tentu saja sangat baik dan patut apresiasi.

Karena boleh jadi,saking terpancang pada rutinitas ataupun terlena karena keasyikkan ,siapapun bisa sampai lupa diri dan berjalan diluar koridor yang seharusnya. Namun dalam menyampaikan pesan,tentu saja, cara cara yang santun dan berkepatutan ,tetap harus dipertahankan,sesuai dengan harkat dan martabat kita sebagai bagian dari masyarakat.

Tapi sayang sekali, mungkin karena begitu mengebu gebu,agar pesannya didengar dan dipahami, ada orang yang tega menyampaikan pesan ,tanpa memikirkan  bahwa cara yang digunakan ,dapat melukai hati orang yang menerimanya. Seperti yang saya alami kemarin,secara beruntun ada tiga inbox masuk pada hari yang sama,yang isinya mengingatkan agar ,saya diharapkan tidak lagi menulis hal hal yang berkaitan dengan kegiatan berpuasa dari agama,yang bukan saya imani.Tapi sayang cara menyampaikannya ,sungguh diluar kepatutan.

Sekalipun bukan tipe manusia yang gila hormat,sebagai manusia yang wajar,tentu setiap orang ,termasuk diri saya, dengan senang hati akan menerima saran ,bila disampaikan dengan baik. Akan tetapi yang inbox yang saya terima isinya :" Ente,sudah tua, seharusnya bisa menahan diri,untuk tidak menulis artikel yang berkaitan dengan kegiatan agama orang lain....." ( dan kata kata,yang tidak pantas untuk saya tuliskan disini)

Menjadikan Introspeksi Diri

Pesan yang mengena secara telak ini,sejujurnya membuat saya terpana. Tapi saya jadikan introspeksi diri,agar selanjutnya, lebih mawas diri,untuk tidak lagi menuliskan hal hal,yang berada diluar kapasitas saya.  Tulisan ini,bukan dimaksudkan sebagai curhat curhatan,untuk mendapatkan simpati ,karena gaya ini,sudah kadaluarsa. Ibarat barang yang sudah kadaluarsa,jangankan dijual,dikasih gratispun tidak ada yang mau. 

Tulisan ini,hanya sekedar sebuah masukan,bahwa saling mengingatkan tentu saja sangat baik dan patuti di apresiasi.Tapi sesungguhnya,tidak perlu menuliskan kalimat kalimat yang dapat melukai orang lain.Karena kendati selama ini saya sering kali ,bahkan mungkin terbanyak menulis tentang hal hal yang berkaitan dengan berbagai kegiatan sosial dan agama,rasanya belum pernah menuliskan hal hal yang dapat melukai hati orang.Akan tetapi disinilah letak kesalahan saya,telah melupakan,bahwa apa yang bagi kita baik,belum tentu bagi orang lain juga dimaknai secara baik. Bahwa niat baik,untuk menulis,seharusnya  disertai dengan mawas diri,agar jangan pernah menuliskan hal hal yang bukan dalam kapasitas diri kita. Satu lagi pelajaran hidup yang saya catat,

Semoga hal ini,bukan hanya menjadi pelajaran berharga untuk saya pribadi,tapi juga untuk orang banyak,agar selalu mawas diri dalam menulis,entah dimanapun,.Selamat menunaikan Ibadah Puasa.

Tjiptadinata Effendi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline