Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Kita Berasal dari Debu dan Akan Kembali Menjadi Debu

Diperbarui: 2 Maret 2017   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"remember that thou art dust and unto dust thou shalt return" foto: dokumentasi tjiptadinata effendi

Kita boleh saja berbangga ,bahwa kita memiliki wajah yang tampan atau cantik. Rumah dan kendaraan yang mahal. Tapi jangan lupa, baik yang hingga kini masih menumpang dirumah penampungan,karena melarat,sakit  atau terlupakan dan orang orang yang hidup serba berkelimpahan,suatu waktu , akan kembali kepada asalnya,yakni menjadi debu.

"Remember that thou art dust and unto dust thou shalt return"  Ingalah bahwa yang berasal dari debu,akan kembali menjadi debu.  

Karena itu ,hari Rabu Abu ini,menjadi momentum yang sangat penting bagi kita semuanya,untuk melakukan introspeksi diri. Bahwa berpuasa itu ,tidak hanya tidak makan daging dan mengurangi makan dan minum yang enak enak,selama empat puluh hari lamanya. Berpuaa dan berpantang,hanyalah sebagian dari  ritual berpuasa.Tapi sesungguhnya hal yang jauh lebih sulit bagi kita,bukan dalam hal mengurangi makan dan minum ,serta berpantang tidak makan daging dan semua yang enak enak,melainkan terlebih ,menahan diri.

Menahan diri untuk :

  • menjaga sikap dan prilaku
  • agar tidak melukai perasaan orang lain
  • menjauhkan diri dari amarah
  • membuka pintu maaf lebar lebar
  •  dengan rendah hati mohon maaf ,bila kita bersalah
  • memahami bahwa kasih itu ,hendaknya vertikal dan horizontal
  • menerapkan hidup berbagi secara nyata

Hal hal seperti inilah yang sering dilupakan oleh orang banyak, Karena memiliki persepsi yang kurang pas,akan arti dan makna berpuasa dan berpantang. Sehingga banyak orang mengira,bahwa dengan tidak makan daging dan mengurangi makanan dan minuman yang lezat lezat,maka berarti sudah menjalankan ibadah puasa secara utuh.Padahal itu baru kulit luarnya saja.

Saya menyampaikan hal ini,bukanlah berarti bahwa hidup saya sudah sempurna dan sudah mampu memahami arti dan makna berpuasa secara sempurna,tetapi terlebih karena tugas saya sebagai seorang Imam,yang menyebabkian saya menyampaikan hal ini.

Inilah kira kira ,esensial dari relfeksi yang disampaikan oleh Pastor Joe, yang bertindak sebagai Imam dalam acara Rabu Abu malam ini,tanggal 01 Maret,2017

Umat Diajak Untuk Selalu Introspeksi Diri

Selanjutnya,dikatakan juga,bahwa puasa dan pantang selama 40 hari ini,merupakan bagian dari pendidikan iman,yang sesungguhnya bermakna,bahwa sepanjang hayat ,perlu melakukan introspeksi diri,bahwa apakah sikap mental,tutur kata ,perilaku dan contoh teladan yang diberikan dalam lingkungan masing masing,sudah sesuai dengan agama yang kita imani?

Kalaulah hanya sekedar hadir dalam acara acara yang bersifat seremonial,akan tetapi dalam keseharian, sama sekali tidak menunjukkan bahwa cara hidup kita memang patut dijadikan contoh teladan,maka berarti,kita hanyalah  sebagai pengikut agama.Bukan sungguh sungguh mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan dalam berinteraksi dengan sesama,sebagai bagian dari hidup bersama.

Bahwa tidak cukup kita hanya mengasihi Tuhan,tapi  membenci sesama kita. Karena adalah mustahil,orang dapat mengasihi Tuhan yang tidak tampak,sedangkan yang tampak didepan mata saja,tidak di perdulikan.Berdoa,tentu saja sangat baik,tapi mengaplikasikan iman kita secara nyata ,dalam berinteraksi dengan sesama ,adalah doa yang terbaik,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline