Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Merancang Pernikahan, Bukan Hanya tentang Pestanya

Diperbarui: 2 Desember 2016   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Vemale.com

Merancang pernikahan,bukan melulu tentang pestanya. Ada hal yang sesungguhnya jauh lebih penting, yakni mendiskusikan tentang pendidikan anak yang kelak akan lahir dari hasil pernikahan. Hal inilah agaknya yang sejak dulu hingga kini luput dari perhatian. Bukan saja terlewatkan oleh pasangan muda mudi yang akan menikah, tapi juga terlupakan oleh para orang tua sebelum merestui pernikahan putra putri mereka. 

Maka ketika kelak anak anak lahir, pasangan suami istri ini menjadi gamang dalam melakukan upaya pendidikan bagi anak anak mereka. Akibatnya mereka akan menerapkan apa yang bagi mereka dianggap baik dan mendidik tanpa memikirkan efek negatif yang akan merusak masa depan anak anak mereka

Perlu kursus bagi pasangan muda mudi yang akan menikah

Ide untuk judul ini saya temukan dalam komentar salah satu Kompasianer yang bernama Hoja Nasarudin pada artikel saya yang berjudul "Waspadai KDRT Terhadap Anak, dengan Dalih Mendidik". Tulisan ini saya posting di tengah malam tadi. Salah satu komentar yang menarik adalah "ketika kita menikah, tidak ada yang mengajarkan kita untuk jadi orang tua yang bijak."

Bila menyimak dengan mendalam, komentarini sungguh sangat tepat. Mengingat selama ini hanya ada kursus kursus tentang persiapan pernikahan. Bagaimana kedua pasangan muda mudi yang sedang merencanakan pernikahan mereka mempersiapkan segala sesuatunya secara matang. Mulai dari rencana pesta pernikahannya akan dilangsungkan di kota mana, dengan gaya atau style yang bagaimana, atau mungkin mau lakukan upacara super kilat di Las Vegas yang hanya dalam waktu 10 menit. Selesai pemberkatan maka pernikahan sah dan mendapatkan Surat Nikah dari Pejabat di Las Vegas. 

Atau mau menikah dengan style"Garden Party" seperti yang diselenggarakan sewaktu putri bungsu kami menikah dengan pria Australia. Atau mungkin juga dengan pakaian adat Jawa atau Sunda serta cara adat setempat?

Semua persiapan baik melalui kursus ataupun konsultan hanya fokus dan berada dalam satu bingkai yakni bagaimana merayakan pesta pernikahan. Paling banter adalah sebatas memberikan wejanangan, agar pasangan muda mudi ini kelak sesudah menikah, hidup saling mencintai dengan tulus.
Perlu kursus bagaimana mendidik anak dengan baik.

Belum ada kursus pernikahan yang mantap

Setahu saya hingga saat ini belum pernah ada kursus yang mengajarkan bagaimana kelak bila kedua pasangan ini menikah dan dikaruniai anak anak, untuk mendidik mereka dengan penuh kasih sayang. Bagaimana mencegah agar jangan pernah ada KDRT dalam rumah tangga, baik dari suami kepada istri maupun sebaliknya dari pihak istri kepada suami. Jangan anggap bahwa tidak ada tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh istri terhadap suami. 

Beberapa orang teman kami,sudah mengalaminya. Ketika dalam kondisi sakit dan tidak berdaya, ditempatkan oleh istrinya di dapur atau di garasi mobil karena tidak mau rumahnya "dikotori" suaminya. Kami menengok dengan mata kepala sendiri, betapa ketika teman kami sakit parah, kami dapatkan hanya tergolek di kasur yang  diletakkan di dapur. Padahal rumahnya besar.

Sebuah fakta membuktikan, bahwa emansipasi tidak hanya berlangsung dari sudut positif, dalam memberikan kesempatan yang sama antara pria dan wanita untuk berkarir dalam bidang apapun. Namun ternyata juga sama dalam prilaku yang jauh dari kasih sayang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline