Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Orang Sering Terserang Amnesia Setelah Meminjam

Diperbarui: 21 Februari 2016   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir setiap orang pernah mengalami, bahwa sesudah pulpen kita dipinjam untuk mengisi formulir atau menanda tangani sesuatu, tiba tiba yang minjam terserang: ”amnesia” Lupa bahwa pulpen yang dipakai .bukan miliknya dan dengan  rela paksa, pulpen tersebut berpisah dari kita.

Ini baru sebuah contoh kecil dalam kehidupan kita dan ada begitu banyak dalam realita hidup, orang menjadi pelupa, setelah meminjam sesuatu. Saya sendiri sudah melupakan lusinan pulpen, yang terbawa ,secara tidak sengaja oleh orang yang minjam. “Bad Habits’ atau kebiasaan jelek ini, perlu diwaspadai, karena bila dibiarkan berlarut,maka semakin lama akan semakin parah.

Didik Anak Sedini Mungkin

Anak anak kita, perlu sedini mungkin ,diajarkan dan dididik, bahwa apa yang dipinjam ,harus dikembalikan. Walaupun yang punya barang adalah anggota keluarga sendiri. Bila dibekali uang Rp.100.000.- untuk berbelanja ke pasar atau ke Super Market, maka sisa uang belajaan harus dikembalikan secara utuh. Walaupun mungkin tersisa hanya beberapa ribu rupiah. Karena segala sesuatu selalu diawali dengan jumlah yang kecil,baru orang dapat menghargai sesuatu yang besar.

Jadi jangan membiasakan anak anak , bila di minta untuk membeli sesuatu, terus kembalian uang disimpan, tanpa laporan pengunaan uang. Hal ini kelak akan sangat merusak mental anak anak kita.

Dalam kata lain,tanamkan pada diri anak anak kita ,bahwa;

  • Setiap kepercayaan yang diberikan,harus ada tanggung jawabnya secara nyata
  • Bahwa tanggung jawab,tidak sama dengan tanggung menjawab
  • Jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan hak kita
  • Bahkan jangan pernah menahan apa yang menjadi hak orang lain
  • Meminjam berarti berhutang dan hutang harus dilunaskan ,sekecil apapun

Didik Anak Menghargai Dirinya Sendiri

Sesungguhnya bukan hanya barang yang memiliki nilai harga, tetapi juga manusia. Tentu bukanlah dimaksudkan untuk menyamakan manusia dengan komoditi dagang.Tapi perlu dipahami, bahwa orang menilai kita ,berdasarkan prilaku dan sikap mental kita.

Manusia juga punya “harga jual “ masing masing.Namun alangkah tidak etisnya bila manusia di beri label harga seperti halnya sebuah barang. Maka kata “harga jual” di perhalus dengan kata “harga diri”

Berapa harga diri saya? Berapa pula harga diri orang lain? Mari kita bertanya,bukan pada rumput yang bergoyang,tapi bertanya pada diri kita sendiri. Kita lah yang menentukan harga diri. Tentang penilaian orang lain terhadap kita,itu bersifat relatif dan berada diluar kontrol kita.

Orang yang tega makan di kedai atau di kantin, tanpa bayar,maka nilai jualnya cuma senilai semangkok bakso atau sepiring nasi goreng, yang harganya tidak lebih dari 5 ribu rupiah. Adakah orang tipe seperti ini? Jawabannya sangat menyedihkan:” Banyaak sekali....”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline