Lihat ke Halaman Asli

Iin T Wahyuni

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, suka menulis dan membaca

Keajaiban Malam (Bagian-3)

Diperbarui: 5 April 2020   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oh ya adakah di antara pembaca yang bertanya di dalam hati,  kenapa walau secara umum tulisan ini ditujukan untuk orangtua tapi ujung-ujungnya mengarah pada himbauan terhadap  IBU? Benar, memang itu kesengajaan penulis. 

Al-Qur'an lebih banyak mendokumentasikan interaksi ayah dan anak. Maka motivasi penulis untuk menyemangati para ibu adalah kedudukan mereka yang tinggi terhadap anak-anaknya. Ibu adalah guru pertama dan utama bagi anaknya. Merekalah yang memiliki kelembutan hati, kreativitas dan kefasihan dalam bertutur.

Semoga para ibu semakin bersemangat, setidaknya ketika mereka menyadari bahwa anak-anak mereka akan menjadi para pemimpin di hari depannya.

Amanah sekaligus tantangan di waktu malam ini sesungguhnya meringankan tugasnya dalam membentuk kepribadian anak-anaknya. Ibu boleh merasa bahagia saat menjawab tantangan itu.  

Apa yang mereka ajarkan akan diteruskan kepada keturunannya. Rosulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bersabda: " Seorang wanita (istri) adalah menjadi pemimpin bagi rumah dan anaknya, dan dia bertanggungjawab atas mereka." (HR. Bukhari)

Dunia  berputar semakin cepat.  Urusan manusia begitu padat. Relasi keluarga hampir tanpa perekat, ketika waktu kebersamaan nyaris aus tak berbekas. Dalam sebuah keluarga masa kini, orang tua dan anak sama-sama sibuk. 

Jadi serangkai waktu menjelang tidur yang ditata  Allah secara eksklusif dan sempurna seolah menjadi amanah sekaligus kekuatan orang tua untuk membekali generasi penerusnya. Orang tua secara hirarki adalah dai  yang paling  berkewajiban menyampaikan dakwah kepada anak-anaknya.

Mengapa waktu eksklusif menjelang tidur menjadi kekuatan khusus orang tua? Karena seorang dai harus memahami 'bahasa kaum' yang didakwahinya. Adakah yang lebih memahami karakter, kebiasaan,  keunikan maupun  problema pada seorang anak dibandingkan orang tuanya? 

Pemahaman dan kedekatan itu akan menuntun orang tua untuk secara tepat memilih konten dan metode penyampaian dakwahnya. Karena dia akan menghidupkan Al-Qur'an dalam jiwa dan pikiran anaknya, melalui kisa-kisah yang mengandung hikmah serta nasehat yang paling mengena namun TIDAK MENYUDUTKAN ANAK. Hanya orang tua yang paling bisa mendeteksinya.

Cahaya Al-Qur'an hadir untuk seluruh umat manusia dengan berbagai  kepribadian, persoalan, strata kehidupan maupun usia mereka. Nilai-nilai apakah yang hendak ditanamkan pada seorang anak? Anak-anak kita menghadapi ancaman yang jauh lebih beragam dan mencekam.  

Mulai dari bullying, LGBT, pergaulan bebas, kecanduan gadget,  narkoba hingga krisis identitas atau kepribadian. Al-Qur'an tak pernah ketinggalan zaman, mampu menjawab semua persoalan kepengasuhan. Orang tua hanya perlu mengenali peta  pemikiran anak. Ibroh apakah yang paling dibutuhkan  untuk  mewakili hati dan persoalan buah hatinya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline