Lihat ke Halaman Asli

TITIN SEKARTIKA

Guru Sosiologi SMA Negeri 4 Bojonegoro

Transformasi Sekolah, Mau Dibawa ke Mana Pendidikan Ini?

Diperbarui: 21 November 2020   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata transformasi, beberapa hari ini sangat mengusik pikiran saya. Terlebih ketika kata itu dikaitkan dengan dunia pendidikan. Lebih khusus lagi, dikaitkan dengan SMA Negeri 4 Bojonegoro. Maka yang ada dalam benak saya adalah perubahan yang luar biasa. Lantas perubahan seperti apa yang dikehendaki?, Bukankah sebenarnya kitapun selalu mengalami atau menjalani perubahan?...

Berpuluh slide powerpoint menjadi santapan ketika ingin menjawab perubahan seperti apa yang dikehendaki dengan transformasi tersebut. Berbalut ketakutan dengan terjemahan sendiri, jangan-jangan perubahan yang akan, dan sedang dilaksanakan belum termasuk ke dalam kategori transformasi, masih sebatas perubahan yang biasa saja.

Globalisasi, otomatisasi dan digitalisasi, era disrupsi, industri 4.0, dan tantangan pandemi covid-19, adalah istilah-istilah yang sangat familiar berseliweran ditelinga kita sekarang ini yang menggambarkan bagaimana kondisi sesungguhnya yang terjadi, barangkali bisa menjadi awal kita merangkai bingkai transformasi dalam dunia pendidikan yang dikehendaki.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt dalam kritiknya terhadap teori evolusi dalam menjelaskan perubahan sosial mengatakan bahwa masyarakat bisa melakukan lompatan perubahan, dan tidak selalu terpaku pada tahapan-tahapan yang kaku.

Barangkali, disinilah transformasi itu dimaknai. Kita harus melakukan perubahan yang tidak hanya linear berpijak pada tahapan-tahapan yang jamak, tertapi harus melompat, melewati beberapa tahap.

Atau pun jika seandainya kita harus berubah dengan tahapan-tahapan step by step, kita harus melakukannya dengan cara-cara yang istimewa, tidak biasa. Maka transformasi sosial dan digitalisasi menjadi sebuah tawaran transformasi sekolah.

Purwanti Sundariyanti dalam artikel Transformasi Sosial dari Masyarakat Tradisional menjadi Masyarakat Modern mengatakan bahwa secara umum transformasi sosial diartikan sebagai suatiu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan dalam masyarakat yang meliputi pola pikir yang berubah inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Transformasi sosial dapat diamati dalam bentuk perubahan pola pikir, perilaku, dan budaya masyarakat dalam bidang sosial.  Oleh karena itu setiap komponen sekolah, bapak atau ibu guru dan karyawan harus bisa melakukan perubahan mindset atau pola pikir dan perilaku.

Demikian pula dengan peserta didik. Maka yang segera perlu dipersiapkan adalah kegiatan-kegiatan maupun pembiasaan-pembiasaan yang mengarahkan peserta didik menuju perubahan pola pikir dan perilaku tersebut. Pertanyaannya, perubahan pola pikir dan perilaku seperti apa yang diinginkan?

Era disrupsi maupun industry 4.0 tuntutannya adalah sama, digitalisasi, otomatisasi, dan bergesernya dunia nyata ke dunia maya. Kompleksitas permasalahan yang muncul membutuhkan kompetensi tertentu untuk mejawabnya. Maka kemudian munculah istilah kecakapan hidup abad 21, literasi  dasar dan kualitas karakter.

Kecakapan hidup abad 21 meliputi kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Sedangkan literasi dasar mencakup kemampuan literasi digital, sains, numerasi, bahasa, dan yang lain. Kualitas karakter yang dibutuhkan adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan termasuk kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan yang tak kalah penting adalah karakter moral sebagai warga dan bangasa Indonesia; diantaranya, religiusitas, nasionalis, disiplin, dan mandiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline