Lihat ke Halaman Asli

Thurneysen Simanjuntak

Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

Merekonstruksi Sejarah Kebangkitan Pergerakan Nasional

Diperbarui: 26 Juni 2021   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompasiana (Foto: KOMPAS/Wisnu Widiantoro)

Pola perjuangan bangsa Indonesia sejak tahun 1908, akhirnya mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat.

Kalau sebelum 1908 perjuangan bangsa Indonesia masih bersifat primordialis (kedaerahan), perjuangan umumnya dipimpin oleh seorang raja dan sultan, serta cenderung menggunakan kekuatan fisik (perang).

Maka sejak 1908, perjuangan bangsa Indonesia lebih bersifat nasionalis, dipimpin oleh para kaum cendikiawan (terpelajar), serta dilakukan melalui organisasi modern yang terarah.

Kalau kita mencoba merekonstruksi sejarah, kita akan melihat jelas bahwa perjuangan sesudah 1908 jauh lebih efektif dibanding perjuangan sebelumnya. Bahkan semakin mendekatkan bangsa kita pada rasa persatuan dan kesatuan nasional (1928) serta menuju titik kulminasi perjuangan kemerdekaan Indonesia (1945).

Bisa kita bayangkan, apa yang akan terjadi kalau perjuangan bangsa Indonesia masih bersifat primordialis. Maka penjajah dengan mudah memecah belah bangsa dengan politik devide et impera-nya serta menguasai seluruh wilayah kita. Bahkan, mungkin perjuangan bangsa kita dalam merebut kemerdekaan akan lebih panjang lagi.

Sesungguhnya, apakah yang melatarbelakangi lahirnya pergerakan nasional tersebut?

Dalam tulisan ini kita akan mencoba melihat latar belakang pergerakan nasional tersebut dari dua sisi. Dari sisi internal atau dari dalam diri bangsa kita. Serta dari sisi eksternal atau dari luar diri bangsa kita.

Nah, kalau bicara faktor yang mendorong lahirnya pergerakan nasional secara internal, maka hal inilah yang sangat mempengaruhi hal tersebut.

Pertama, kejayaan masa lampau bangsa Indonesia. Sebelum kedatangan bangsa penjajah, kita tahu bahwa negeri ini memiliki masa kejayaan. Sebut saja keberadaan kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya telah menunjukkan bahwa di negeri kita telah pernah ada kerajaan yang berhasil mempersatukan nusantara.

Tentu generasi penerus bangsa Indonesia saat itu, yang masih mengenang kehebatan sejarah bangsanya, merindukan hal itu terulang kembali. Ada negara yang mempersatukan seluruh wilayah di nusantara. Serta adanya kebebasan beraktivitas di nusantara.

Kedua, penderitaan akibat dijajah. Bangsa Indonesia tentu sudah bosan dijajah hingga ratusan tahun. Bangsa kita terus mengalami penderitaan akibat praktik monopoli perdagangan, eksploitasi hasil alam, diskriminasi sosial dengan menempatkan masyarakat kita sebagai kelas tiga di negerinya, adanya intervensi pada pemerintahan lokal, penetrasi budaya, dominasi politik, dan lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline