Lihat ke Halaman Asli

Thurneysen Simanjuntak

Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

Faktor Pembangun Keharmonisan Keluarga

Diperbarui: 15 Maret 2018   01:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana.com

Tahukah Anda provinsi terbahagia di Indonesia?

Dari sebuah informasi yang saya baca di sebuah media online (kumparan) bahwa berdasarkan Indeks Kebahagiaan 2017 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Maluku Utara merupakan provinsi paling bahagia di Indonesia. Provinsi tersebut memilik Indeks Kebahagiaan dengan angka 75,68.

Selengkapnya yang termasuk kategori 10 provinsi di Indonesia yang memiliki Indeks Kebahagiaan tersebut seperti yang saya kutip dari sebuah infografis media sosial GNFI.

Sumber infografis, IG GNFI

Dalam dokumen Berita Resmi Statistik (15/8/2017) dijelaskan bahwa Indeks Kebahagiaan tahun ini ditentukan atas tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia). Atau selengkapnya terdiri dari 19 indikator.

Sumber : screenshoot dari kumparan.com

Anda boleh-boleh saja memiliki pandangan yang berbeda dengan hal di atas. Tapi tetap pada pertanyaan esensinya, sudahkah kita menjadi bagian dari keluarga yang memiliki kebahagiaan hidup tersebut? Apa saja contoh konkrit kebahagiaan dalam hidup kita?

Bagi saya pribadi, keharmonisan keluarga adalah salah satu indikator kebahagiaan hidup seperti salah satu indikator di atas. Dengan keharmonisan keluarga tentu akan selalu terjaga nyala api kehangatan keluarga.

Untuk itu, bagaimana seharusnya kita menjaga keharmonisan keluarga? Tentu semua keluarga unik, tidak yang sama persis. Bagi sebagian keluarga, hal ini mungkin bisa jadi sebagai faktornya, tapi bagi keluarga yang lain justru yang itu menjadi faktor utamanya.

Tetapi menurut hemat penulis, faktor-faktor berikut adalah faktor pada umumnya yang perlu dikembangkan untuk menciptakan keharmonisan dalam keluarga.

Saling keterbukaan. Kalau istilah yang sering kami gunakan, terbuka ke dalam dan tertutup ke luar. Artinya apa saja seharusnya bebas kita sampaikan di dalam keluarga alias tidak perlu adavrahasia-rahasiaan. Curhatlah sepuasnya. Jangan sebaliknya, masalah yang seharusnya dibahas di keluarga malah dibahas di luar keluarga. Apalagi rahasia keluarga dibongkar dan dijadikan sebagai konsumsi publik. Ini bisa jadi masalah. Terutama zaman sekarang, masalah keluarga yang seharusnya privasi malah dengan mudahnya diumbar di media sosial. Untuk itu bicarakanlah segala sesuatu permasalahan keluarga di meja makan atau ruang tamu dengan penuh keterbukaan.

Saling pengertian. Setiap anggota keluarga tentu memiliki kekurangan, kelemahan dan kererbatasan masing-masing. Hendaknya keluarga bisa mengembangkan pengertian dan saling mendukung dan melengkapi satu dengan yang lainnya.

Saling menjaga kejujuran. Kejujuran adalah modal utama kita untuk bisa dipercaya. Hendaknya sikap ini dijaga, agar di dalam keluarga selalu terbangun atmosfir kepercayaan satu dengan yang lain. Untuk itu jangan pernah mencoba untuk menodai kejujuran dalam keluarga, sebab itu bisa menghilangkan rasa percaya, yang mungkin butuh pemulihan yang lebih lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline