Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

8'97

Diperbarui: 20 Maret 2019   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Pribadi)

Angka ini mulai tersusun 22 tahun silam. Sederhana namun penuh makna. Angka yang mengundang rasa penasaran siapa saja yang melihatnya. Itulah 8'97, keluarga kecil yang lahir di tanah Rebban.

Alamat surat elektonik saya yang aktif hingga sekarang, menggunakan kode angka 8'97. Tak heran setiap kali ada yang minta alamat e-mail, selalu iseng bertanya, "apa sih maksud angka 8'97 itu?"

Tak banyak yang tahu apakah gerangan maksudnya, karena setiap yang bertanya, hanya saya respon dengan senyuman atau jawaban ringkas "itu rahasia perusahaan," ujar saya sedikit bercanda.

Dalam coretan ini, saya juga tidak akan membuka kepada publik apa sih gerangan maksud susunan angka tersebut. Tidak eksklusif dan juga tidaklah spesial bagi orang lain, namun bagi saya dan juga teman-teman saya, 8'97 pasti sangat spesial. Maka dari itu, banyak hal yang saya beri kode 8'97 dengan maksud agar saya bisa senantiasa ingat mereka-mereka yang ada dalam keluarga 8'97.

Ada 11 orang yang tahu persis maksud penyusunan angka 8'97. Mereka adalah: Ja'far, Safar, Nurma, Erma, Ririn, Helmy, Kabah, Lailah, Bayani, Rose, dan saya sendiri. Kami sekelompok putra-putri Sumbawa yang berjiwa besar dan ingin berbuat untuk melakukan perubahan dimana pun kami berada.

Sebenarnya,  cikal bakal 8'97 itu cukup banyak, foto di atas menjadi buktinya. Namun pertemuan kami tidak berjodoh panjang, ada yang gugur dari almamater dan yang lebih menyedihkan ada yang meninggal dunia. 

Pokoknya, dalam 8'97 kami belajar bersama, senang dan sedih kami alami bersama. Dalam perjalanan waktu kebersamaan itu, tepatnya di akhir pendidikan,  Allah pernah menghadapkan kami dengan tahun kesedihan, ibu salah satu dari teman kami--Nurlailah-- dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga Allah menempatkannya bersama hamba-hamba-Nya yang beriman di syurga.

***

Sekitar dua dasawarsa yang silam, kami tidak lagi bersama, berpencar untuk mencari jati diri di tempat masing-masing. Sejak itu, banyak dari kami yang tidak pernah bersua antara satu sama lain. Alasannya karena sudah sibuk dengan keluarga dan aktivitas profesi masing-masing. 

Saya meninggalkan tempat, merantau ke negeri orang untuk melanjutkan pendidikan. Belum lama di perantauan, saya mendapat kabar duka, ibu dari teman kami--Ririn--meninggal dunia. Di surau sebuah asrama mahasiswa, saya langsung menunaikan shalat ghaib dan berdo'a semoga almarhumah ditempat bersama orang-orang beriman di syurga-Nya.

Kesedihan-kesedihan tersebut saya abadikan dalam sebuah tulisan tangan yang hingga sekarang masih tersimpan di sebuah tempat yang hanya saya bisa menggapainya. Artikel 8'97 yang saya posting ini, hanya sebagian kecil dari serangkaian cerita yang selama ini memotivasi saya untuk berbuat yang lebih besar dalam hidup ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline