Lihat ke Halaman Asli

Thomas Panji

TERVERIFIKASI

Content Writer

Manusia, Ganja dan Semesta

Diperbarui: 2 Mei 2021   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari tanaman ganja segar | rri.co.id

“Terlepas dari betapa haramnya ganja, sejarah telah menunjukkan bahwa manusia, ganja dan semesta adalah bahasan yang tak terpisahkan satu sama lain”. 

Ketika kita mendengar kata ganja, mungkin hal yang langsung terbesit dipikiran kita adalah “barang haram”. Pandangan ini tentu tidak salah, mengingat bahwa Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang tidak mengizinkan pemanfaatan ganja dalam kehidupan warga negaranya sehari-hari.

Tentu ada latar belakang sejarah yang sangat panjang, yang membuat mengapa kehadiran ganja di Indonesia sebegitu ditakuti dan bahkan dicap sebagai barang haram.

Meskipun beberapa waktu yang lalu PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) telah mencabut status ganja dari daftar narkotika berbahaya dan mulai mengizinkan pada dunia farmasi untuk memanfaatkannya sebagai bahan baku obat-obatan, namun kabar angin segar tentang hal ini ternyata belum juga terlihat riak antusiasnya di Indonesia. Masih ada banyak pihak yang khawatir dan skeptis terkait dengan legalisasi serta pemanfaatan ganja untuk berbagai kepentingan.

Oke, dalam artikel edisi kali ini, penulis pada dasarnya tidak akan membahas ganja dalam konteks yang serius. Seperti yang kita tahu ketika kita membicarakan tentang ganja secara terbuka di Indonesia, ada begitu banyak polemik yang akhirnya menitiberatkan ganja pada berbagai aspek, seperti regulasi; legalisasi; pemanfaatan; kaidah agama; kriminalitas dan masih banyak lagi. Tapi ada satu perspektif yang selalu kita lupakan ketika kita membicarakan tentang eksistensi ganja.

Perspektif antroplogis adalah salah satu hal yang selalu kita lupakan ketika kita membicarakan tentang ganja. Maka dari itu, kali ini penulis ingin mengajak pembaca sekalian untuk mengetahui korelasi antara manusia, ganja dan semesta dalam ritus kehidupan kita.

Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk membawa tanaman ganja ke satu tempat yang lebih terang, dengan harapan agar kita juga memiliki pandangan yang seimbang dan luas mengenai tanaman ganja dalam banyak sisi.

Dalam perspektif antropologis, menurut Weston La Barre dalam buku Hikayat Pohon Ganja (2019) menyebutkan bahwa otak manusia secara budaya sudah terprogram untuk mencari berbagai kebutuhan yang dapat membuat mereka menjadi “mabuk” demi memenuhi aktivitas spiritualnya.

Aktivitas ini kemudian dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan hasil bumi yang dapat membuat mereka “mabuk”, mulai dari tanaman (mis. ganja) hingga jamur-jamuran.

Pernyataan di atas mungkin terdengar konyol bagi kita, jika otak manusia secara budaya sudah terprogram untuk mencari berbagai hal yang dapat membuat mereka “mabuk”, demi mencapai satu tataran spritual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline