sumber : alasankenapa
Warung pojok Kelurahan Dukuh pagi selasa itu ramai sekali. Warga langganan Mpok Irah sepakat mengadakan debat terkait pemilihan kepala desa. Mukidi hadir sebagai moderator hasil penunjukkan bersebab beliau pakar dalam bidang komunikasi politik.
Debat bukan mengatas namakan 2 calon tetapi lebih kepada para pendukung. Calon kepala desa tidak berkenan hadir di acara debat tidak resmi karena di larang oleh Bawaslu Kelurahan. Jadilah perwakilan pendukung mewakili paslon masing masing ditunjuk 2 warga,
Satpol PP alias Hansip disiagakan guna berjaga jaga agara adu mulut tidak berkembang menjadi adu otot. Para pendukung juga dibatas 10 rang saja sesuai dengan kapasitas warong pojok Mpok Irah. Soal konsumsi di tangung ramai ramai karena KPU tidak berkenan membantu debat yang dinilai tidak sesuai dengan undang undang.
Tepat pukul 09.30 Mukidi membuka acara debat. Basa basi seperti biasa menyampaikan point point terkait materi debat. Hari ini debat fokus membahas Bantuan Desa Lunak atau BD. Paslon nomor 001 diwakili oleh Mas Mono dan Mbak Utari sedangkan dari paslon 002 di tunjuk mbak Menik dan Om Geger.
Panitia memang tidak menyediakan podium dan para pendebat dilarang membawa kertas. Artinya sesuai kesepakatan, tidak ada kisi kisi apalagi bocoran materi debat sehingga tidak diperlukan lagi contekan. Mukidi sepertinya tegas agar debat berkualitas, orisinil apa adanya.
BDL menurut wakil paslon 001 bersumber dari APBK (anggaran pembangunan dan belanja kelurahan) 2018. Oleh karena itu menurut Mbak Utari dengan berapi api kenapa juga dipermasalahan dikaitkan dengan menggaruk ech salah mempengaruhi suara warga. Pendukung bertepok tangan sembari berteriak hidup Mbak Utari.
Mukidi mempersilahkan Om Geger menjawab. Menurut perwakilan Paslon 002, BDL syah syah saja hanya moment pemberian tidak tepat. Kenapa diberikan 2 minggu menjelang hari pencoblosan. Mas Geger minta agar uang rakyat itu diberikan ketika sebelum panen raya bertepatan pada hari setelah pencoblosan.
Tepok tangan juga lebih meriah. Mukidi manggut manggut mengingatkan pada wakil paslon tidak emosi demikian juga para pendukung. Pakar komunikasi politik tinggkat desa ini mengutarakan kepada hadirin agar memberi kan contoh baik bahwa berdebat itu bukan tarik urat leher tepapi adu gagasan.
Dedat jangan sampai seperti debat kusir. Debat selaiknya profesional karena bisa mengambarkan kedewasaan berpolitik. Kini tepok tangan warga malah lebih meriah karena semua pendukung 001 dan 002 kompak berteriak
" hidup mukidi, hidup mukidi"