Lihat ke Halaman Asli

Okti Li

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

Ketika Dunia Memutarbalikkan Mata dan Perkiraan

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semalam, menyaksikan tayangan di sebuah stasiun televisi tentang anak-anak yang menggugat orang tua (ibu kandung) atas harta (tanah rumah) yang dipersengketakan. Terlepas dari siapa yang salah siapa yang benar, menyaksikan fenomena tersebut hati seakan teriris, demikian kah balas budi anak terhadap ibu kandung di jaman modern sekarang ini?

Pakar hukum dan pengamat sosial yang dihadirkan di akhir acara, mengatakan itulah jaman yang sudah terbalik.  Dimana anak kini menuntut terhadap orang tua, selayaknya tuntutan si pemenang genderang perang terhadap lawan yang sudah tiada daya dan upaya.

Kepintaran, ilmu serta pendidikan yang diusahakan orang tua saat anak-anak masih kecil menjadi senjata makan tuan manakala setelah anak sukses dan berhasil, justru menggunakan ilmu serta kemampuannya itu untuk memperdaya orang tua yang sejatinya harus dimanja dan disenangkannya.

Kedua anak yang menuntut ibu kandung serta mertua yang diceritakan dalam tayangan tv itu dikabarkan adalah seorang sarjana hukum dan sebagai mantan kepala lapas yang secara sepintas saja tentu mereka tahu tentang hukum dan persoalannya. Sementara ibu atau mertua yang dituntutnya belum tentu tahu dan mengerti apa-apa soal hukum.

Sementara pagi tadi di stasiun tv yang berbeda, dalam acara obrolan seputar iman dan keislaman diceritakan seorang pengendara motor yang lengkap dengan setelan jeans serta baju kulitnya hampir menyerempet orang yang sedang mencari mesjid untuk menunaikan sholat.

Betapa terkejut saat sampai di sebuah mesjid terdekat, yang hampir menyerempet dirinya di ajalan itu te1rnyata justru sedang mengajar anak-anak mengaji. Masih dengan setelan jeans serta jaket kulit yang dikenakannya saat mengendarai sepeda motor. Mereka pun saling menyapa, saling meminta maaf dan berbincang lebih banyak.

Usut punya usut, si pengendara motor sekaligus guru ngaji anak-anak itu ternyata mempunyai komunitas sepeda motor yang cukup besar dan terkenal di kota Bandung. Meski penampilan bisa dibilang jauh dari kata islami tapi ternyata dalam kesehaian mereka justru tidak lepas dari teladan Rasul Muhammad SAW. Luar biasa.

Dari kedua tayangan tv yang saya ceritakan garis besarnya di atas, saya mengambil sebuah hikmah serta pelajaran hidup bahwa kita tidak bisa menilai seseorang ataupun suatu hal hanya dari sisi luarnya saja. Seseorang yang pandai dalam suatu hal, bisa digunakannya untk berbuat baik terhadap sesama tetapi bisa juga digunakannya untuk mengambil keuntungan tanpa memikirkan akibat dari apa yang sudah dilakukannya itu.

Dunia serja jaman sudah berubah. Dunia saat ini sudah memutarbalikan mata serta pikiran kita. Tidak hati-hati dan tidak jeli, bisa-bisa kita salah menfsirkannya. Sarjana hukum dan orang yang tahu atuaran hukum menggunakan ilmunya untuk menuntut orang tua, bukan untuk menghormati serta menjaganya. Orang yang dikira berandal (dari penampilan) ternyata justru dia lebih banyak mengabdikan diri (serta ilmunya) untuk kepentingan banyak umat serta pemberdayaan warga. Dunia sudah terbalik-balik...

Ada pepatah yang mengatakan, jangan menilai sebuah buku dari sampulnya saja. Kira-kira mungkin seperti itu perumpamaan yang bisa digambarkan dari fenomena tayangan televisi yang semalam serta tadi pagi saya lihat. Semoga ada hikmah serta manfaatnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline