Lihat ke Halaman Asli

Teresia Simbolon

Pencari Kebijaksanaan

Senja Terindah dan Terakhir Bersamamu, Mama

Diperbarui: 26 Januari 2021   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Denis Foto | dokpri

Diary Sahabat Setiaku, 

Aku ga tahu lagi mengungkapkan betapa kalutnya aku hari ini. Aku ga tahu lagi pada siapa rasa ini akan aku bagikan selain padamu, Diary. Rasanya seluruh sistem tubuhku  bergerak lima kali lebih lambat dari biasanya. Bisa juga aku katakan bahwa hari ini adalah hari yang paling linglung yang pernah kualami. 

Kau tahu mengapa? Hari ini aku menerima kabar dari Soulmate-ku. Aku tidak bisa menuturkanya dengan kata-kataku. Tapi inilah pesan terakhir yang kuterima "Mary, dia yang kau kasihi sudah tidak ada lagi."  Degup jantungku tak beraturan setiap kali ku baca pesan itu. Desiran bulu kudukku menguasai diriku. 

Foto: Juvent | dokpri

Sejak menerima pesan itu hingga kini, aku juga seakan kehilangan jiwa dan rohku. Aku merasa sangat kesepian sekarang. Di ruangan dingin ini kusendiri menatap senja yang siap menyambut malam. Pilu rasanya. Sungguh aku tak tahu lagi kepada siapa aku harus mengadu. Setengah dari diriku sekarang juga sudah ikut mati.  

Aku sendiri di Kota ini, tak dapat mengikuti acara penghormatan terakhir kepada Ibu tercinta kami. Kering sudah airmata, lidahku seakan tak mau lepas dari langit-langit rongga mulutku. Bibirku juga terasa kaku. Jemariku enggan bergerak untuk menelpon Sahabat dan keluarga di sana. Entahlah rasa apa namanya ini. Beginikah kehilangan seorang Ibu?

Diary, katakan sekarang apa yang harus kuperbuat? Berdoa, hambar rasaku! Rasanya aku mau menuntut Tuhan. Sepertinya Dia lupa janjinya padaku. Dia katakan, bahwa Dia takkan membiarkanku sendirian seperti anak yatim piatu, tapi sekarang lihatlah...!

Diary, tahukah engkau, aku sudah berdoa dari pagi  sampai malam untuk kesembuhannya. Aku mohon pada Tuhan agar Dia memperkenankan aku untuk memanggil dia "Amma.. I love You" sekali lagi  sebelum dia pergi. Dan dia menyahutku dengan berkata "Ya, Anakku I love You Too"
Ah ternyata, inilah yang kualami. Harapan itu telah pupus. Aku bisa saja dapat memanggilnya dengan teriakan yang paling kuat... tapi tetap saja takkan ada lagi jawaban. Benarkah ini adalah tanda cinta Tuhan untuk dirinya yang kucintai? Kedukaanku sekarang merupakan tanda sayang Tuhan padanya? 

Tak bisa kubayangkan bagaimana ketika aku pulang ke rumah di kampung halaman tanpa dia. Tanpa kehangatan cinta. Dia adalah orang pertama dalam hidupku. Aku ga tahu bagaimana harus berbuat tanpa dia. Aku benar-benar kehilangan semangat. Memang benar seperti yang dikatakan orang, kematian yang paling ngeri adalah kematian semangat untuk hidup. Aku tidak semangat sekarang. Rasanya runtuh sudah semuanya. 

Aku sangat merindukannya sekarang, sangat! Rindu yang tak pernah kualami sebealumnya

Diary, mengapa kamu hanya diam saja? please jawab aku! katakan apa lagi yang bisa kubuat sekarang? Berapa jam lagi engkau terus diam? Please...Deary... 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline