Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Menjaga Arah di Takhta Halimun

Diperbarui: 13 Mei 2021   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lembah berselimut embun pagi (Dokpri)

Jarum penunjuk arah utara, lupa aku bawa. Kupandang langit mencari rasi bintang utara, fajar pun telah tiba.

Halimun belum beranjak dari lelapnya. Entah ada apa saja nun jauh di sana, di balik tabirnya. Selamanya, buana penuh hal-hal yang membingungkan.

Tersampir niat baik menjadi ketopong, percaya menjadi zirah, harapan menjadi perisai. Tapi buat apa kemenangan dengan pedang, bila arah sudah salah.

Hari makin siang, jalannya waktu tak terbendung. Ah, semoga saja kebingungan akan berguna. Barangkali jalan keluar ada di depan sana.

Halimun lihai mengelabui arah. Waktu pun terkadang takcukup menunggu pembuktian tiba. Meskipun jalan terus, kita bisa mujur, bisa juga buntung.

Berharap mujur terselip bagi tulus memelas. Kalau buntung, bukan main mengibakan. Wahai halimun, buat apa terus bersenang-senang di atas penderitaan?

Saat waktunya tiba, akankah bingung berguna? Di baliknyakah damai yang melampaui akal itu bersemayam?

Hari ini tiada jarum penunjuk arah. Aku lupa membawanya serta. Tiada rasi bintang utara, fajar menyamarkannya. Halimun masih meraja di takhtanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline