Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Fajar Pagi Sabtu Sunyi di Negeri Imaji

Diperbarui: 3 April 2021   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debu vulkanik Sinabung (Dokpri)

Angin berhembus kencang
Lebih dari biasa
Sore jelang malam itu sendu
Lebih dari dingin

Kususuri jalan pada sebuah taman
Indah, namun aku ingin pulang
Sayup-sayup terdengar suara lirih di tengah taman
Dia tampak bukannya tak berdaya, tapi gundah terpancar dari tatapan kedua bola matanya

Aku terbangun, ternyata masih tengah malam
Gelap gulita menyelimuti bumi
Kucoba kembali pejamkan mata, tapi raga terjaga
Ternyata aku hanya menyusuri sebuah taman di negeri imaji

Aku ingat, dia yang kutemui dalam mimpi memintaku 'tuk naikkan doa
"Berjagalah dan berdoalah
Waktu 'tuk pulang segera 'kan tiba"

Ah, apa pula ini?

Gemuruh perut bumi getarkan tingkap langit
Doa tinggal di belakang, meski raga terjaga
Dia yang tampak gundah, perlahan lenyap ditelan kabut
Aku cuma bermimpi

Fajar pun menyingsing, hari berganti
Sendu masih menyelimuti, ini Sabtu sunyi
Aku hampir lupa, semalam ada penganiayaan di perut bumi
Yang tampak kini hanya sisa-sisa bara api dan debu-debu halus yang terbang disapu angin

Fajar pagi (Dokpri)

Aku masih saja terjaga meskipun hampir lupa
Sebelum ayam berkokok tiga kali jelang fajar hari ini
Aku sudah menyangkal mimpi ini sebanyak tiga kali

Ya ampun, aku seorang pendusta yang mencoba jujur dalam larik-larik doa
Maafkan aku, meskipun sudah terlambat kini

Aku tak mampu lagi menatapnya
Guratan sisa-sisa aniaya pada malam aku bermimpi
Aku hanyalah seorang yang mahir menyangkal suara hati
Selalu saja tersadar setelah ayam berkokok tiga kali




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline