Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Dari Angkutan hingga Vila, "Sigantang Sira"

Diperbarui: 22 Oktober 2019   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Villa Sigantang Sira, tampak depan (dokpri)

Dalam tanda kutip adalah nama sebuah vila yang sama dengan nama sebuah perusahaan oto bis, Sigantang Sira, yang sudah sejak tahun 1970an melayani angkutan penumpang jurusan Kabanjahe-Berastagi, Sumatera Utara. Vila milik keluarga Tarigan ini dikelola secara mandiri sejak tahun 2019.

Dia, pak Tarigan, salah seorang anak dari delapan bersaudara, yang mengelola tempat ini adalah seorang pensiunan BUMN perkebunan yang berkantor di Jakarta. Dulunya, bangunan bergaya Belanda ini diperkirakan digunakan sebagai pesanggrahan bagi petinggi militer Belanda.

Tempatnya memang khas resor, berada di kaki Bukit Gundaling, Berastagi, dengan latar pemandangan Gunung Api Sibayak dan hamparan kota Berastagi di bawahnya. Sebuah foto yang bertanda tahun 1920 terpampang di sudut ruang tengah bangunan, yang dilengkapi sebuah tungku untuk berdiang. Kemungkinan bangunan ini sudah berdiri sebelum tahun 1920.

Tahun 1970, bangunan ini dibeli oleh almarhum orang tua pak Tarigan. Kemudian ditempati hingga tahun 1974. Setelahnya, vila ini disewakan beberapa kali ke orang-orang yang berminat dengan berbagai keperluan. Hal ini berlanjut hingga tahun 2009.

Sejak tahun 2009, meskipun sudah tidak disewakan, namun keluarga belum tinggal menetap di vila ini, sehingga kondisi bangunan dan halaman kurang terawat. Oleh karenanya, pak Tarigan dan keluarga sepakat untuk lebih fokus merawat vila itu untuk tujuan wisata. Lagipula lokasinya memang berada di sekitar objek wisata kota Berastagi, Sumatera Utara.

Sejak tahun 2019, pak Tarigan yang sudah pensiun dari BUMN di Jakarta ini, dengan kesepakatan keluarganya merehab vila Sigantang Sira, dan mulai dibuka untuk wisatawan umum. Ini adalah penginapan yang dikelola dengan model homestay. Ada 9 kamar eksotis dengan desain ruangan bergaya Belanda, yang bisa ditempati di vila ini.

Villa Sigantang Sira, tampak belakang (dokpri)

Harga kamar standar pada peak season di masa weekend berkisar Rp. 450.000 per malamnya. Kecuali pada weekend, harga kamarnya bisa dinego, juga bisa disesuaikan dengan situasi tamu yang menyewa. Bila penyewa adalah rombongan dalam jumlah besar atau beberapa keluarga, seluruh rumah dan ruangannya bisa disewakan mulai dari 1 juta hingga 1,8 juta sesuai situasinya.

Tidak saja soal urusan menjual pemandangan dan hawa sejuk kota wisata Berastagi, menginap di vila ini juga membawa suasana nostalgik klasik nan historik. Ada beberapa vila lainnya yang juga bergaya arsitektur Belanda di sekitar bukit ini.

Salah satu kamar di Villa Sigantang Sira (dokpri)

Ruang mini bar villa Sigantang Sira (dokpri)

Ruang tamu bertungku villa Sigantang Sira (dokpri)

Sekilas tentang asal nama Sigantang Sira, menurut Pak Tarigan, berasal dari masa sejak 1970an dulu. Itu adalah masa jauh sebelum sistem pembayaran dan bentuk uang bermutasi dalam banyak bentuk elektronik seperti saat ini.

Sistem sosial di masyarakat masih menerima penentuan harga ongkos angkutan penumpang umum, dengan ukuran standar harga barang yang dinilai berharga pada masa itu. Tidak lain benda itu adalah "sira," sebuah kata yang dalam Bahasa Indonesia berarti garam. Jadi, ongkos penumpang oto bis Sigantang Sira yang melayani trayek Kabanjahe-Berastagi pada waktu itu seharga segantang garam.

Angkot Sigantang Sira (dokpri)

Teras Villa Sigantang Sira (dokpri)

Tidak heran, garam menjadi barang berharga di berbagai belahan dunia bukan tanpa alasan. Garam memberi rasa sedap, mencegah pembusukan, dan efektif mengusir ular berbisa.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline