Lihat ke Halaman Asli

PakWe

Karyawan yang menulis

Memaknai Kemenangan

Diperbarui: 9 Mei 2022   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Orang sering menyebut Idulfitri dengan lebaran yang bermakna telah selesai yaitu menandai selesainya berpuasa sebulan. Ada juga yang memaknai dengan keluasan hati memberikan atau memohon maaf kepada orang lain dalam rangka menyempurnakan dampak dari puasa menjadi pribadi baru. Tanpa dosa seperti bayi baru dilahirkan karena telah mendapatkan pengampunan-Nya.

Layaklah jika momentum suka cita ini dirayakan dengan berbagai cara. Beda tempat beda tata cara dan beda makna walau tema besarnya adalah merayakan. Dilakukan secara konsisten turun-temurun terbentuklah sebuah tradisi perayaan lebaran.

Perayaan ini juga dalam rangka menyambut orang-orang yang telah meraih kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsunya. Sebuah peperangan besar yang Nabi Muhammad sebutkan. Jauh lebih besar dari mengalahkan lawan-lawan di medan pertempuran.

Namun apakah semua yang berpuasa bisa dikatakan sebagai pemenang? Jawabnya bisa beragam, tergantung sudut pandang.

Misal dengan menelisik lebih lanjut siapa atau apa lawan yang dikalahkannya karena menang selalu bersanding dengan kalah. Disaat yang sama ada pihak yang menjadi pemenang dan yang kalah. Keduanya menjadi pihak yang berlawanan sebelum hasil akhir ketahuan.

Katakanlah lawannya rasa haus dan lapar. Kemenangannya adalah keberhasilan mengalahkan keduanya jika muncul pada saat yang tidak diijinkan untuk dilakukan.

Jika lawannya adalah tindakan berbohong, membuat status palsu, membuat video yang mengadu domba maka kemenangannya adalah keberhasilan untuk tidak melakukan itu walaupun kesempatan muncul dan materi banyak.

Lawan belum tentu sesuatu yang negatif seperti contoh tersebut. Upaya-upaya untuk menjadikan keadaan lebih baik juga bisa dianggap sebagai titik yang harus dikalahkan. Lebih tepatnya dicapai.

Misalnya tahun ini berkeinginan untuk bisa beriktikaf 10 hari terakhir Ramadhan. Kemenangannya adalah keberhasilan melakukan secara penuh dan tepat waktu.

Adalah sebuah kewajaran jika keberhasilan-keberhasilan itu mendapatkan penghargaan dengan menciptakan situasi yang spesial dari hari-hari yang biasa. Namun tidak boleh berlebihan karena kemenangan besar bukan terjadi dari perjuangan sesaat seperti hadist Nabi tersebut.

Ini karena nafsu akan selalu menyertai manusia sampai ajal. Dengan kata lain perjuangan adalah seumur hidup dan kemenangan sejati akan terlihat saat perjuangan usai. Saat kita telah mati. Bukan setelah buka bersama hari terakhir Ramadhan Bambang!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline