Lihat ke Halaman Asli

Pagi Kopi

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teringat pagi tadi bersama segelas kopi hangat, ku hirup rapat aroma wanginya yang menyeruak ke indra penciumanku. Aroma yang sering membuatku mabuk kepayang. "Kopi lagi? pagi-pagi sarapan kopi." ujar kak Rina sesaat setelah ia mengambil setangkup roti tawar. "Biarlah, peneman hariku." kak Rina menyeret kursi untuk lebih dekat denganku."Upacara HARDIKNAS, aku sebenarnya terburu-buru nih." "Gih cepetan berangkat." "Anterinlah, nggak ada motor males aku." "Tjiah. endingnya minta bantuan?" ia tersenyum sembari mengangguk dengan semangat tak lupa mendaratkan sun dipipi. "Iya, iyaa bu guru." hapenya bergetar, tak lama ia langsung berlari keluar rumah kemudian kembali lagi menuju kamar seraya berteriak keras. "Nggak jadi dik, tuh mas Oemar Bakri sudah menunggu adinda." aku tersenyum mendengar kak Rina yang menyebut mas Bakti sebagai Oemar Bakri. Kisah klasik seorang guru yang sederhana. Tak lupa pula setelah lambaian kakak bersama sesapan kopi yang terakhir ku tulis di blog kompasianaku. HARDIKNAS, pagi dunia: salam hormatku pada para guru kehidupan yang mengajarkan aku arti hidup, mendidik aku dengan kelembutan hati. Selamat pagi dunia: selamat pagi bapak ibu guru yang selalu terbangun di fajar subuh pengetahuan...selamat pagi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline