Lihat ke Halaman Asli

Tegar Putratama Fahriza

Mahasiswa "ngang-ngong"

Menjadi Sabar adalah Langkah Menuju Ketenangan, Kedamaian dan Kebahagiaan

Diperbarui: 27 April 2023   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Pernahkah Anda kesal dengan hal-hal kecil disekitar Anda? Misalnya saat Anda bertemu dengan orang yang menjengkelkan, lalu Anda marah karenanya. Apa yang terjadi?

Dengan Anda marah maka Anda akan semakin jauh dengan ketenangan dan kedamaian yang selalu didambakan setiap orang. Maka apa yang harus dilakukan? 

Sabar! Ya betul sabar.

Berikut ini adalah beberapa contoh praktik kesabaran dalam kehidupan.

1. Bersabar untuk mengemukakan pendapat

Seringkali dalam sebuah diskusi kita ingin mengemukakan sebuah pendapat tanpa bersabar menunggu orang lain menyelesaikan penyampaian pendapatnya. Hal tersebut adalah perilaku yang tidak etis dan tentu saja membuat orang lain merasa tidak dihargai dan akan menghilangkan rasa hormatnya kepada kita. Lebih parahnya akan membuat hubungan personal kita dengan orang lain menjadi buruk, akan menjadi masalah apabila kita berada dalam satu lingkungan kerja yang sama dengan orang tersebut. 

Sepatutnya yang dilakukan adalah dengan alasan apapun jangan memotong pendapat orang lain, setidak masuk akal apapun, sesalah apapun, sekonyol apapun pendapat tersebut. Bersabarlah sampai orang lain menghabiskan pendapatnya, baru setelahnya kita bisa mengemukakan pendapat kita. Dengan begitu orang lain akan lebih respect dan lebih menghargai kita dan yang lebih penting akan membuat lingkungan kerja menjadi lebih nyaman.

2. Bersabar menghadapi anak kecil

Saat pekerjaan menumpuk, kita akan menjadi lebih sensitif dengan segala gangguan yang menyerang dikala kita sedang mengerjakan pekerjaan tersebut. Tak terkecuali gangguan yang disebabkan oleh anak kecil, bisa keponakan, adik atau anak kita. Kita akan cenderung marah ketika hal itu terjadi kepada kita. Karena dengan tidak sabar kita berpikir bahwa gangguan dari anak kecil tersebut akan menghambat pekerjaan kita. 

Padahal kita bisa berpikir menggunakan prespektif yang lebih positif bahwa anak kecil itu hanya ingin mengajak kita bermain, anak kecil itu menyayangi kita sehingga dia menghampiri kita saat kita sedang bekerja, anak kecil itu hanya ingin menghibur kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline