Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Menulis Esai Itu Mudah?

Diperbarui: 29 Desember 2021   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Unair. 2021.ilustrasi

Menulis Esai itu Mudah?

( Sudut pandang pada esai bisa lebih imajinatif,  ironis, tanpa menghilangkan sunstansi untuk edukasi atau menghibur )

*****


Saya membagi esai dengan dua jenis.  Pertama,  esai terstruktur dan ketat.  Ke dua,  esai bebas,  saya memasukkan tulisan lepas pada bagian ini.

Siapa saya,  bicara ini?  anggaplah sebagai penyuka esai,  komentator esai,  bukan praktisi esai yang tulen.  

jadi yang saya sampaikan murni pandangan pribadi yang tidak ada ijazahnya,  tidak ada referal langsung.

Bila ditilik dari pengalaman, esai yang paling banyak saya baca adalah esai Cak Nun,  dan beberapa tokoh sejamannya,  baik yang senior seperti Goenawan, juga Karni Ilyas,  Putu Wijaya (tidak dicitra sebagai esais). Yang paling mewarnai saya adalah esai esai Emha Ainun Najib.

Pada masa itu,  (periode saya,  tahun 1995-2000)hanya buku sebagai media utama untuk dialektika gagasan.  Koran nasional jarang saya manfaatkan,  kecuali Kompas dan Republika. Dan beberapa Majalah yang terbit dwi mingguan atau bulanan, itupun saya baca saat liburan asrama.

Itulah awal nutrisi saraf saya tentang dunia esai,  yang kemudian saya sukai walau belum sampai ke level Master,  hanya level tulisan lepas,  betul betul lepas.  Efeknya,  gagasanpun melompat lompat sesuai mood dan peristiwa sekitar. Bila dibukukan,  mungkin hanya terkumpul Tiga buku esai.  Pertama, Hijrah Pendidikan.  Kedua,  murni tentang aspek sosial dan budaya,  termasuk sastra. Ketiga,  semacam catatan inspirarif-motivasional,  ada 80 halaman,  sebagai materi pengembangan diri (SDM).

Menurut yang saya tangkap dari beberapa referensi dan pengalaman pribadi,  menulis esai itu bisa lebih banyak mudahnya dari pada sulitnya.  Asal kita punya skill basic tentang kebiasaan menulis, slot waktu (disiplin) dan pandangan terhadap topik.

Selebihnya tinggal kita uraikan dan salurkan secara terpola. Kalimat kalimat dalam esai relatif lebih fleksibel dan reflektif daripada opini: ini pembeda utama selain referensi dan sudut pandang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline