Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Konsumerisme Gawai

Diperbarui: 21 Desember 2021   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gawai

*****

Semua telah piawai bermain gawai
baik untuk serius ataupun santai
gawai bagai ladang maya yang begitu permai.  anak kecil dan dewasa sangat lihai,  walau sekadar memanja mata dan sentuh sana sini.

Gawai jadi lompatan fisika kuantum
dalam medium interaksi tanpa kabel
tanpa batas tanpa  waktu,  atau waktu seakan terhenti saat gawai di tangan: sesuai keinginan,  sesuai keperluan,  sesuai gengsi dan pandangan.

Pada akhirnya,  ketakjuban kita pada telepati gawai,  komponen optik dan  logaritmanya selalu membuat kita terpaku sendiri: 

Kita terpacak dalam kesepian yang lain, tanpa mengenal bagaimana segalanya bisa tersimpan-terkoneksi, bagaiman semua mengalir melebihi air bah,  kita terus berlayar di layar gawai.

Gawai ladang satelit yang permai
hanya dibatasi kuota dan kesadaran asli
selebihnya adalah pesona teknologi,

Dan kita masih berfikir teknologi telah menundukkan semuanya,  dan Tuhan terlupakan,  kita menyangka pikiran dan capaian kita telah sempurna.

Telepati serat dalam gawai dan kanal kanal aplikasi turunanya,  hanya sepersekian tiik dari air laut Pengetahuan Ilahi. 

..... ... ......

kami menyambutmu gawai
baik untuk serius atau santai
untuk terpacak sepi
atau menjadi kanal produksi

selebihnya, konsumerisme
yang menjamur di gawai gawai




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline