Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Bahan Bakar Berpuisi: Catatan tuk Mas Abdul

Diperbarui: 1 Oktober 2021   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.unair.com

Bahan Bakar Puisi: Catatan tuk Mas Abdul

Kata Mas Abdul Kompasiana.
Ia agaknya perlu baca resep
 tentang bahan bakar puisi.
Walau ianya cakap dalam diksi
dan juga cerpen, tulisannya menawan.

Beberapa orang menyebut, esai lepas, cenderung puitis, sastrawi, walau tidak mutlak begitu. tapi itu benar.

Maka mungkin saja, dalam berpuisi
dan menulis umumnya memerlukan bahan bakar. Rasa bebas, ekspresi lepas, impresi dan pengalaman pengalaman yang dimanifestasikan.

Mungkin mesti dicerna dulu, bahan bakar itu apakah sama dengan motivasi?
Atau bahan bakar itu semacam daya tahan untuk terus menulis,  dan bukan sekadar dorongan: Karena banyak yang dapat menulis, namun mereka tidak tahan berlama melakukannya.

Ibarat motor, mungkin, motivasi itu starternya, bahan bakarnya bensin. atau dibalik juga bisa.

Sebab menurutku tidak sama antara motivasi dan bahan bakar dalam berpuisi, bagai asap dan kabut, sama sama menggumpal dan mengambang di udara, tapi efek rasanya beda.

Jadi bahan bakarnya apa, ya?
Bagiku, bahan bakar utamanya, puisi juga, dengan studi komparasi, kerennya begitu, terhadap karya puisi-wan lainnya, sehingga kita punya rumpunan gagasan dan kesan kesan baru, mendapat sambungan sinapsis baru di saraf bahasa.

Lainnya?
seperti tersebut di atas: rasa bebas, mencipta gagas (an), kreasi mental, eksperi diri, pengalaman, peristiwa dan harapan harapan diaduk di cangkir eksperimen: dalam sebaris kalimat atau berbait bait.sampai akhirnya lengkap sebagai puisi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline