Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Antre di Bank

Diperbarui: 31 Juli 2021   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Taufik sentana
Piminat sastra urban

Walau tak lama, antre di bank
tetap tidak banyak yang suka.
Apalagi bila antrenya
panjang dan lama.

Kita selalu saja percaya
bahwa uang  yang disimpan
masih tetap sama
dan masih milik kita.

Mungkin saat antre, tak terpikir hal demikian, karena pikiran kita telah terisi yang macam macam
atau  ragam persoalan pribadi
dan  bangsa.
Tapi, persisya kita hanya ingat uang kita dan untuk apa digunakan kemudian.

Saat antre di bank pun kita jarang sekali bertegur sapa, ya karena kita sibuk dengan pikiran kita dan sibuk dengan HP sentuh kita.

Sampai sampai kita tak ingat,
hampir semua simpanan di bank
telah diagunkan untuk utang negara.
Lihatkah, betapa baiknya kita.

Sementara itu orang masih berfikir enak memiliki bank, padahal pemilik BCApun akan menjual banknya, karena pusing. Mungkin ia menjualnya kepada orang Singapura.

Adapun Bank Muamalat, dan pertumbuhannya yang belum banyak meningkat, tak bisa dijual sembarangan, karena pemilik  sahamnya banyak, termasuk orang Saudi Arabia.

Begitulah, saat antre di bank,
pikiran bisa kemana-kemana saja
atau hanya beku dan lesu karena isi tabungan minim.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline