Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Menembus Garis Batas 32: Anjir, Buah Surga dari Uzbekistan

Diperbarui: 6 November 2023   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buah Tin: dokpri

"Malam ini kita makan di restoran kecil bernuansa kekeluargaan," demikian ucap Mas Agus ketika kita berjalan kaki dengan santai kembali ke hotel selepas mandi uap dan pijat di hamam yang telah berusia lebih 5 abad. 

Sekitar pukul 7 malam, kami semua berkumpul di lobi dan kemudian kembali berjalan kaki menyusuri lorong-lorong di kota tua Bukhara.  Belok kiri, lurus, belok kanan  dan kemudian berputar melewati jalan-jalan sempit yang tetap saja memikat. Suasana 1001 malam hadir walau langit Bukhara tampak mulus tanpa bintang.

Tangga dan ruang terbuka: Dokpri

Setelah 10 atau 15 menit berjalan, kami tiba di sebuah restoran kecil yang lebih mirip sebuah rumah di perkampungan.  Walau pun dari luar tampak kecil, namun ternyata setelah masuk lumayan luas karena bertingkat dua. Bentuknya mirip seperti kebanyakan rumah tua di Uzbeksitan, yaitu memiliki halaman tengah yang terbuka dan lantai dua yang mengelilinginya. Mirip dengan hotel atau restoran di film-film silat Cina.  Tentu saja dengan atmosfer Asia Tengah yang kental.   Kalau sebelumnya Mas Agus menjanjikan kita boleh mengintip dapur dan melihat makanan dipersiapkan di tungku tradisional, ternyata makanan sudah siap di ruangan khusus di lantai atas. 

Suasana resto: Dokpri

Meja-meja di atur dengan ketinggian yang berbeda.  Kursi dari kayu dengan ukiran mirip ukiran Jepara hadir cantik dilengkapi dengan bantal-bantal yang ditutupi sarung bergambar bunga aneka warna. Di tempat lain, ada ruang makan yang dilengkapi tirai warna putih yang tembus pandang. 

Meja makan: Dokpri

Kami masuk ke ruang makan yang cantik. Karpet tebal dengan warna merah dominan  dengan pola hiasan berbentuk belah ketupat berwarna kombinasi hitam, kuning, dan coklat menutupi lantai,  Sebuah meja besar lengkap dengan makanan, piring dan gelas serta buah-buah dan salad sudah menanti. Selain makanan yang terlihat sedap, bahkan peralatan makan seperti piring, cawan, dan mangkoknya pun cantik. Warna-warni dengan hiasan khas Uzbekistan. 

Ruang makan: Agustinus Wibowo

Tuan rumah pun kemudian menyambut dengan ramah dan mengucapkan selamat datang. Tidak lama kemudian di ruang tengah yang terbuka, para pemain musik sudah siap beraksi. Beberapa gadis Uzbek yang cantik pun kemudian menari mengikuti irama yang riang. Kostum tradisional yang dengan warna yang kontras seperti merah, kuning dan hitam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline