Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Di Indonesia Juga Ada Musalah Dua Kiblat

Diperbarui: 20 Mei 2022   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapal Ferry Merak Bakauheni: Dokpri

Bagi pembaca yang beruntung pernah menunaikan ibadah haji atau umrah ke Tanah Suci, tentunya pernah berziarah ke sebuah masjid bersejarah yang sangat terkenal di Madinah. Masjid ini bernama Masjid Qiblatain atau Masjid Dua Kiblat dan pada awalnya disebut juga Masjid Bani Salamah.

Konon, di masjid inilah terjadi perubahan Kiblat umat Islam yang pada awalnya menghadap ke Masjidil Aqsa di Yerusalem dan kemudian berpindah ke Kabah di Masjidil Haram di Mekah. 

Siang itu, saya mengemudikan kendaraan menuju Pelabuhan Merak dengan rencana naik kapal feri menuju Pelabuhan Bakauheni di Lampung.  Saya tiba di Pelabuhan kapal eksekutif yang melayani pelayan kapal ekspres ke Lampung. Bangunan terminal dengan Sosoro Mall yang megah menyambut calon penumpang yang akan menyeberang ke Sumatra.

Sosoro Mal: Dokpri

Setelah menunggu sekitar 45 menit, kendaraan kemudian antre dengan teratur untuk naik kapal feri KMP Port Link yang tampak besar dan memiliki dek beberapa tingkat. Untuk kendaraan besar naik d deka bawah, sedangkan untuk kendaraan kecil baik di dek sebelah atas.  Setelah semua kendaraan naik ke kapal, peluit panjang berbunyi dan kapal sian membongkar sauh untuk berlayar.

Pelayaran dengan kapal ekspres memang lebih cepat karena hanya sekitar satu setengah jam saja sudah bersandar di Pelabuhan Bakauheni. Sebenarnya waktu pelayaran dengan kapal reguler juga sama cepatnya, namun kapal reguler biasanya menunggu lebih dari satu jam di Pelabuhan kedatangan untuk mendapatkan dermaga. 

Suasana di Kapal Feri: Dokpri

Suasana KMP Portlink siang itu lumayan ramai.  Hampir semua tempat duduk terisi penuh.  Suasana kabin tampak bersih dan nyaman, bahkan ada juga mini mart yang melayani penjualan makanan dan minuman termasuk mie instan yang menjadi makanan favorit penumpang kapal. 

Sayangnya toilet terlalu kecil dan sering antre dan kebersihannya kurang terjaga.

Saya berniat untuk salat di musalah kapal. Musalah di kapal ini juga sekilas cukup luas dan bersih serta cukup nyaman. Ruang untuk lelaki dan perempuan dipisahkan dengan dinding pemisah dari rotan saja.  Karpet Lantai kapal yang berwarna hijau ditutupi dengan deretan sajadah yang cukup rapi dan manis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline