Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Boston Selayang Pandang di Pagi yang Sunyi

Diperbarui: 2 Januari 2016   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Boston, Aku Datang, demikian ucapan dalam hati ketika setelah terbang hampir 16 jam dari Hongkong pesawat Boeing 777 Cathay Pacific mendarat di Bandara Internasional Logan yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. Walaupun sudah sangat sering berkunjung ke Negeri Paman Obama, ini adalah pertama kali aku datang di ibu kota negara bagian Massachusetts yang juga merupakan kota terbesar di kawasan New England.

Karena hari sudah malam dan suhu lumayan dingin di malam natal, malam pertama di Boston dihabiskan dengan beristirahat saja di hotel. Esok paginya, cuaca cukup bersahabat masih sekitar 10 derajat yang menurut orang Bosotn sendiri lumayan hangat di akhir Desember. Perjalanan di Boston dimulai dengan mengembara di pusat kota yang terlihat sangat sepi. Maklum ini adalah hari libur, 25 Desember 2015. Mungkin sebagian besar penduduk Boston masih lelap tertidur.

Perjalanan dimulai dari kawasan Friend Street yang benar-benar sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang parkir di tepi jalan, dan selebihnya gedunggedung tua yang umumnya berdindingkan bata berwarna merah tua kecoklatan yang semuanya menutup pintu rapat-rapat di pagi itu.

Sampai ke kawasan pusat kota di sekitar Boston Public Market, suasananya tetap hampir sama. Disini terdapat stasiun kereta bawah tanah Hay Market . Sistem kereta bawah tanah atau subway di Boston sendiri konon merupakan yang tertua di Amerika Serikat karena mulai beroperasi di akhir abad ke 19 yaitu pada tahun 1897. Tidak mengherankan karena Boston sendiri merupakan salah satu kota paling tua di negri Paman Sam ini. Menurut sejarah kota ini pertama kali didirikan pada 1620 dan tidak mengherankam kalau mendapat julukan “The Olde Towne”, atau kota tua sesuai dengan ejaan Old English.

Di kawasan ini, kesepian juga masih meruak kecuali ada beberapa tuna wisma yang sedang tiduran di emperan gedung , sementara ada juga yang sedang asyik mendengarkan musik melalui gedget yang sedang dicas di dinding gedung sambil menari-nari riang.

Perjalanan pagi dilanjutkan ke kawasan pusat kota. Sebuah monumen yang menyedihkan , yang disebut Holocaust ada disini, yang dibangun untuk memperingati tewasnya jutaan kaum Yahudi di tangan Nazi pada Perang Dunia ke II.

“To remember their suffering is to recognize the danger and evil that are possible whenever one group persecutes another. As you walk this Freedom Trail pause here to reflect on the consequnces of a world in which no freedom – a world in which basic human right are not protected. And know where prejudice, discrimination and victimizayion are tolerated, evil like the Holocaust can happen again”, demikian nukilan yang ada pada sebuah prasasti yang terbuat dari batu granit berwarna merah tua yang berkisah tentang kemuraman dalam salah satu babak paling suram dalam sejarah dunia itu.

Monumen ini sendiri berupa enam menara kaca yang mirip dengan lift terbuka yang dihubungkan dengan jalam setapak dimana kita diminta untuk mengingat nama-nama tempat di benua Eropa yang menjadi saksi sejarah kekejaman Nazi. Suasana muram bertambah muram dengan langit Boston yang berawan pagi itu.

Masih di sekitar Freedom Trail ini, dapat dijumpai patung patung periuggu tokoh-tokoh penting yang pernah berperan dalam sejarah kota terbesar di New England ini. Asyiknya patung itu dalam posisi yang unik sehingga seakan-akan dapat diajak bermain dengan kita. Ada yang sedang duduk di kursi taman dan juga ada yang dalam posisi berdiri.

Suasana tampak kian sunyi dengan adanya patung-patung yang berada di taman dengan pohon-pohon yang telanjang tanpa daun. Sebuah bendera “Stars Spangled Banners” berkibar dengan gagahnya di taman ini untuk membuktikan bahwa kita memang berada di bumi Amerika, bukan di benua biru Eropa. Karena sekilas gedung-gedung di pusat kota Boston ini lebih mirip dengan gedung di negri ratu Elizabeth nun jauh di sana.

Langlang pagi dipusat kota Boston dilanjutkan dengan melihat-lihat Faneuil Hall yang merupakan ikon dan sekaligus salah satu bangunan tertua di pusat Kota Boston yang menurut cerita sudah ada sejak tahun 1743. Sementara di dekatnya juga terdapat Quincy Market yang merupakan pasar tradisional paling terkenal di Boston. Tepat di depan gedung ini juga ada patung Samuel Adams , yang merupakan tokoh pegerakan kemerdekaan Amerika dan berperan penting dalam peristiwa bersejarah yang disebut Boston Tea Party.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline